MINEWS, JAKARTA-Jumlah kasus campak tiga bulan pertama tahun 2019 di seluruh dunia dilaporkan meningkat tiga kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu, berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kasus ini mencapai mencapai 110 ribu kasus.
Hampir semua bagian dunia mengalami wabah mengalami wabah dengan paling parah di Afrika yang kasusnya meningkat hingga 700 persen. Amerika Serikat (AS), Ukraina, Perancis dan Filipina jadi negara yang baru-baru ini dilaporkan kewalahan dengan wabah campak.
“Ada dua yang menyebabkan kasus ini meningkat, satu karena kemiskinan dan satu lagi karena informasi yang keliru. Pada negara miskin hanya sedikit orang yang bisa mendapatkan vaksin sehingga sebagian besar populasi rentan terhadap virus,” kata koresponden kesehatan dan sains BBC, James Gallagher.
Namun kata dia, negara kaya dengan tingkat vaksinasi yang tinggi juga terjadi peningkatan campak. Ini karena ada kelompok-kelompok di populasi memilih menolak memvaksinasi anak akibat penyebaran pesan anti-vaksin yang keliru di media sosial.
Campak sendiri bukan penyakit yang bisa dianggap sepele. WHO memperkirakan ada 100 ribu orang meninggal setiap tahun karena komplikasi berbahaya dari campak seperti diare, infeksi saluran napas, hingga pembengkakan otak.
Di Indonesia sendiri kasus campak juga disebut mengalami peningkatan dalam lima tahun terakhir. Pada Februari 2018 contohnya ditemukan ratusan kasus campak di daerah Asmat, Papua, membuatnya sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
“Kita harus belajar dari kejadian di Asmat. 750 anak meninggal karena campak,” ujar Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Aman Bhakti Pulungan kala itu.