Terlalu Berisiko, Indonesia Tak Patut Tiru Kebijakan Inggris Tangani Covid-19

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Indonesia tidak patut meniru Inggris dalam penanganan Covid-19 karena dinilai kebijakannya terlalu berisiko.

Hal itu diungkapkan Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof. Zubairi Djoerban dalam pernyataan tertulisnya yang dilihat Jumat 21 Januari 2022.

“Dari data Worldometers, Inggris masih menempati ranking nomor 9 untuk jumlah kasus baru per minggu: 648.280 orang. Menjadi tanda tanya besar kalau Inggris berani mencabut pembatasan, termasuk mandat masker. Amat-amat berisiko. Karena pandemi jauh dari selesai. Jangan jemawa,” ujar Zubairi.

Hal senada diungkapkan Satgas Penanganan Covid-19 Pusat melalui juru bicaranya, Prof. Wiku Adisasmito, Jumat.

Menurutnya, penanganan Covid-19 di Inggris harus menjadi pelajaran berharga untuk Indonesia.

Sebab, kasus covid-19 negara itu meningkat dua kali lipat hanya dalam waktu seminggu menjadi 700 ribu.

Selain Inggris, Satgas mengungkapkan lima negara lainnya yang perkembangan Covid-19 -nya jauh lebih dahsyat dari Inggris.

Paling tinggi adalah Italia yang jumlah kasus Covid-19 -nya meningkat 122 kali lipat dalam waktu satu minggu yang jumlahnya mencapai 1,3 juta kasus.

Kedua adalah Australia dengan kenaikan kasus mencapai 62 kali lipat dalam satu minggu menjadi 760 ribu dalam kurun waktu itu.

Selanjutnya adalah Prancis yang naik 43 kali lipat sehingga dalam seminggu ada penambahan 2 juta kasus.

Sementara Kanada mencatat kenaikan yang mencapai 18 kali lipat menjadi 320 ribu kasus dalam satu minggu.

Sedangkan, kenaikan kasus Covid-19 di Amerika Serikat mencapai 11 kali sehingga dalam seminggu terdapat penambahan 5,6 juta.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Resmi Jadi Kader NasDem, Sutrisna Wibawa bakal Bersaing Ketat dengan Bupati Gunungkidul

Mata Indonesia, Yogyakarta - Mantan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Sutrisna Wibawa, telah resmi bergabung sebagai kader Partai Nasional Demokrat (NasDem). Hal ini jelas memperkuat dinamika politik Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Gunungkidul 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini