MATA INDONESIA, JAKARTA – Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memohon agar hotline atau telepon sambungan langsung setiap rumah sakit rujukan Covid-19 selalu terbuka dan merespon untuk menghindari terus meningkatnya kasus pasien meninggal dunia.
Apalagi angkanya kini sudah tembus 100 ribu orang sejak Maret 2020, termasuk di antaranya 598 dokter. Angka itu bisa saja jauh lebih tinggi.
Hal itu diungkapkan Ketua Satgas Penanganan Covid-19 IDI, Prof. Zubairi Djoerban melalui pesan yang dilihat Mata Indonesia News, Jumat 6 Agustus 2021.
“Jadi, saya mohon banget, hotline di rumah sakit itu dibuka dan direspons. Karena ambulans dari puskesmas baru bisa berangkat kalau rumah sakit yang dituju memberi jaminan. Namanya hotline ya harus merespons, apapun kondisinya. Paling tidak memberi informasi faktual saat itu,” ujar Zubairi.
Menurutnya, kondisi kasus Covid-19 dalam dua bulan terakhir mengungkapkan bahwa tingginya angka kematian tersebut adalah antrean panjang pasien untuk mendapat tempat tidur di rumah sakit.
Berdasarkan laporan yang diterimanya sering kali puskesmas dan pasien kesulitan menghubungi hotline rumah sakit karena tidak ada yang merespons telepon mereka.
Akibatnya ambulans dari puskesmas tidak berani menuju rumah sakit tanpa kepastian yang ujungnya membuat pasien bergejala berat tidak tertangani sehingga meninggal dunia.
Zubairi memahami dalam dua bulan terakhir rumah sakit terisi jauh dari kapasitasnya serta kekurangan oksigen, bahkan sampai menolak pasien.
Dalam kondisi apapun, menurut Zubairi, rumah sakit harus merespons hotline telepon sehingga puskesmas dan pasien mengetahui kondisi faktual.
Sedangkan untuk menghindari angka kematian akibat isolasi mandiri, Zubairi sangat mendukung program dokter jarak jauh atau telemedicine agar mereka bisa tetap terpantau dengan baik.