MATA INDONESIA, WASHINGTON – Sejumlah kota di wilayah Amerika Serikat (AS) terancam mengalami pemadaman listrik intermiten alias bergilir jika Rusia benar-benar menghentikan ekspor uraniumnya.
Meski telah menjatuhkan berbagai sanksi ekonomi, impor uranium Rusia tidak termasuk dalam daftar larangan yang dikeluarkan oleh Presiden AS, Joe Biden, seperti dilansir Newsdelivers, Kamis, 10 Maret 2022.
Sumber yang mengetahui situasi tersebut mengatakan kepada Reuters bahwa teks perintah eksekutif yang ditandatangani Presiden Biden pada Selasa (8/3) tidak memasukkan uranium dalam daftar produk energi terlarang Rusia.
Presiden Biden menandatangani perintah eksekutif yang melarang impor pasokan energi Rusia. Biden mengklaim langkah itu akan memberikan pukulan kuat kepada Presiden Rusia Vladimir Putin.
Biden menegaskan bahwa langkah ini sama dengan menargetkan arteri utama Rusia, yakni melarang impor produk energi dari negara tersebut.
“Kami melarang semua impor minyak dan gas serta energi Rusia. Itu berarti minyak Rusia tidak akan lagi diterima di pelabuhan AS dan rakyat Amerika akan memberikan pukulan kuat lainnya ke mesin perang Putin,” kata Biden, melansir NBC News.
Rusia memang hanya menyumbang sebagian kecil dari konsumsi minyak AS. Akan tetapi, bersama dengan aliansi Moskow di Asia Tengah, mereka menyediakan hampir setengah dari sumber energi utama Amerika Serikat.
Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) menyumbang sekitar 8,9 persen dari kebutuhan energi AS, termasuk 20 persen dari listrik negara. Namun, karena AS tidak memiliki fasilitas produksi atau pemrosesan uranium yang aktif, membuat AS sepenuhnya bergantung pada impor.