MATA INDONESIA, JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati tengah berupaya memulihkan ekonomi Indonesia di semester II 2020, setelah mengalami kontraksi akibat pandemi corona (COVID-19).
Ia mengatakan, pihaknya beserta Bank Indonesia akan menggunakan instrumen kebijakan fiskal dan moneter secara baik dalam rangka merealisasikan pemulihan ekonomi nasional pada kuartal III dan IV tahun ini.
“Ini menjadi fokus pemerintah dalam menggunakan instrumen kebijakannya agar momentum pemulihan di kuartal III dan IV bisa terealisasi,” ujarnya di Jakarta, Senin 22 Juni 2020.
Sri Mulyani pun mengungkapkan bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini dipangkas dari 2,3 persen sampai terkontaksi 0,4 persen menjadi 1 persen hingga terkontraksi 0,4 persen.
“Ini karena tadi upper end nya 2,3 persen kita revisi ke bawah dengan melihat kontraksi yang terjadi di kuartal II,” katanya.
Sri Mulyani mengatakan, pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia juga dilakukan oleh World Bank 0 persen, OECD terkontraksi 2,8 persen hingga 3,9 persen, serta ADB minus 1 persen yang tadinya tumbuh di atas 2 persen.
“IMF pada April lalu menyampaikan Indonesia hanya akan tumbuh 0,5 persen dan tahun depan di atas 8 persen. Tapi IMF akan melakukan revisi pada Juli nanti,” ujarnya.
Selanjutnya Sri Mulyani menuturkan untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021 pemerintah memprediksikan berada di kisaran 4,5 persen hingga 5,5 persen.