Rencana Cina Membangun Bendungan di Tibet Menuai Pro-Kontra

Baca Juga

MATA INDONESIA, BEIJING – Cina berencana membangun bendungan pembangkit listrik tenaga air terbesar di dunia yang kabarnya berada di kaki bukit Himalaya. Pada November lalu, media milik negara membagikan rencana pembangunan bendungan sebesar 60 gigawatt di Sungai Yarlung, Tsangpo di Daerah Otonomi Tibet (TAR).

Dengan tujuan mencapai netralitas karbon tahun 2060, Beijing melipatgandakan upayanya pada proyek pembangkit listrik tenaga air di Tibet. Namun, bendungan tersebut menuai kritik dari warga setempat, pecinta lingkukan Tibet, dan kelompok hak asasi manusia.

Kepala Lingkungan dan Pembangunan di Institut Kebijakan Tibet, Tempa Gyaltsen Zamlha mengatakan bahwa penghormatan terhadap alam ini lahir dari lanskap unink Dataran Tinggi Tibet dan sudah ada sejak berabad-abad yang lalu.

Akan tetapi, sejak Cina yang dikendalikan oleh Partai Komunis (PKC), menganeksasi Tibet tahun 1950, Zamlha mengatakan, warga Tibet kehilangan semua suara atas apa yang terjadi di tanah mereka.

“Kami sama sekali tidak memiliki bendungan sebelum pendudukan Cina, bukan karena kami tidak dapat memanfaatkannya, tetapi karena kami sangat menghormati sifat sungat,” kata Zamlha, melansir Al Jazeera, Senin, 8 Februari 2021.

“Ada tradiri yang sangat ketat bahwa tidak seorang pun akan mendekati aliran tertentu atau melakukan apa pun yang akan mengganggunya. Anda bahkan tidak membutuhkan hukum –setiap orang Tibet mematuhinya,”sambungnya.

Sementara orang Cina, menurut Zamlha, akan melakukan apa saja untuk mendapatkan keuntungan pertumbuhan mereka. Dan rencana membangun bendungan pembangkit listrik tenaga air terbesar di dunia itu sangat membuat warga Tibet frustrasi, lantaran tidak diajak berkompromi.

Seorang warga Tibet yang kini mengajar bahasa dan budaya Tibet di Melbourne yang merupakan kota kedua di Australia, mengatakan bahwa budaya Tibet begitu mengakar kuat dalam kehidupannya dan kehidupan warga Tibet lainnya.

Sungai Yarlung, Tsangpo menjadi begitu sangat penting, karena melambangkan tubuh Dewi Dorje Phagmo, salah satu inkarnasi tertinggi dalam budaya Tibet. Sungai ini mencapai ketinggian hampir 5 ribu meter di atas permukaan laut dan menjadikannya sungai tertinggi di dunia.

Menurut Ketua Power Construction Corp of Cina, Yan Zhiyong, bendungan raksasa tersebut dibangun untuk mendukung masa depan hijau Cina. Bendungan raksasa di Sungai Yarlung, Tsangpo diyakini dapat menghasilkan tenaga air tiga kali lipat dari bendungan terbesar Cina saat ini, Three Gorges –sebuah proyek yang memaksa relokasi lebih dari 1,4 juta warga Cina.

Sementara Brian Eylerm seorang ahli sungai yang menjabat sebagai Direktur Program Asia Tenggara di Stimson Center mengatakan tenaga yang dihasilkan mungkin akan digunakan untuk menutupi kerugian saat melakukan transisi dari bahan bakar fosil untuk energi yang lebih bersih.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini