MATA INDONESIA, HONG KONG – Kepala Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam mendapat surat bernada ancaman dan silet. Pemerintah menegaskan bahwa pihaknya tidak akan mentolerir tindakan intimidasi seperti itu.
Surat mengintimidasi tersebut ditemukan dalam tumpukan surat selama pemeriksaan rutin di kantornya dan ditujukan langsung untuknya. Media lokal melaporkan bahwa pihak kepolisian telah mengambil surat tersebut untuk penyelidikan lebih lanjut.
“Hong Kong adalah masyarakat yang mematuhi aturan hukum. Itu tidak akan mentolerir tindakan ilegal seperti kekerasan dan intimidasi,” bunyi pernyataan itu, melansir The News.co.uk.
“Jika cara yang melanggar hukum digunakan dengan tujuan untuk memberikan pengaruh pada pelaksanaan tugas seorang perwira, tidak peduli apakah itu melibatkan Kepala Eksekutif atau pejabat publik lainnya, Pemerintah Daerah Administratif Khusus Hong Kong akan menangani kasus ini dengan serius dan tidak berusaha keras dalam membawa pelakunya ke pengadilan untuk menjaga keamanan petugas publik dan perdamaian publik,” tutur juru bicara tersebut.
Pernyataan itu tidak memberikan informasi lebih lanjut mengenai isi surat tersebut. Namun, menurut laporan South China Morning Post, surat itu berisi pesan politik dan terdapat silet.
Insiden itu terjadi ketika Hong Kong bergulat dengan represi politik sebagai akibat dari Undang-Undang Keamanan Nasional yang kontroversial dan tindakan keras terhadap kritikus Cina.
Kota ini telah menyaksikan perjuangan sengit antara suara-suara pro-demokrasi dan pemerintah Lam yang telah memperketat kontrol Cina.
Undang-Undang itu telah memicu protes luas di negara itu. Ini telah digunakan untuk menangkap aktivis dan jurnalis oleh pemerintah yang mengutip keamanan nasional, meskipun ada kecaman global.