MATA INDONESIA, JAKARTA – Ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan di triwulan II tahun 2021. Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), produk domestik bruto (PDB) nasional tumbuh 7,07 persen dibanding periode yang sama di tahun lalu. Pun secara quarter to quarter (q-to-q) tumbuh 3,31 persen. Padahal sepanjang empat triwulan berturut-turut, ekonomi Indonesia tercatat negatif akibat tekanan pandemi Covid-19.
Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak terlepas dari sejumlah indikator ekonomi seperti Purchasing Manager Index yang meningkat pada kuartal II 2021.
“Selain itu, ditopang kenaikan harga komoditas makanan seperti gandum, minyak kelapa sawit, dan kedelai. Hal lain naiknya komoditas hasil tambang seperti timah, aluminium, dan tembaga,” ujarnya, Kamis 5 Agustus 2021.
Selain Indonesia, beberapa negara mitra dagang Indonesia pada triwulan II 2021 juga mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup besar. Tiongkok tumbuh 7,9 persen, Amerika Serikat 12,2 persen, Singapura 14,3 persen, Korea Selatan 5,9 persen, Vietnam 6,6 persen, Hong Kong 7,5 persen, dan Uni Eropa 13,2 persen.
“Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2021 di beberapa negara ini karena dipicu dua faktor. Pertama, memang ada faktor pemulihan ekonomi, dan kedua karena ada faktor low base dari kontraksi ekonomi di triwulan II 2020,” katanya.
Asal tahu saja, secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Indonesia semester I 2021 dibandingkan dengan semester I 2020 tumbuh 3,10 persen Catatan BPS menunjukkan pada kuartal II 2021 PDB atas dasar harga berlaku Rp 4.175,8 triliun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan Rp 2.772,8 triliun.
Sebelumnya di triwulan II 2020, terjadi kontraksi ekonomi yang sangat dalam hingga minus 5,32 persen. Kemudian pada triwulan III 2020 masih terjadi kontraksi minus 3,49 persen, dan di triwulan IV 2020 terkontraksi minus 2,19 persen. Selanjutnya pada triwulan I 2021 juga terkontraksi minus 0,74 persen.