MATA INDONESIA, JAKARTA – Penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ-182 misterius, sebab pilot Lion Air, Ruud Van Pangemanan mengaku mencoba menerbangi jalur jatuhnya Boeing 737-500 beberapa jam setelah peristiwa naas tersebut meski dengan rute sedikit bergeser dari jatuhnya pesawat tersebut.
Melalui vlognya, Captain Ruud menyatakan penerbangan dengan jurusan yang sama, Cengkareng-Pontianak itu hanya dilakukan beberapa saat setelah SJ-182 jatuh.
“Tadi sudah saya praktikkan dengan speed yang 220 (knots) itu, Saya climbing (menanjak) dengan cepat supaya sampai pada ketinggian di atas 15.000 kaki sesuai permintaan tower (pengatur jalur penerbangan),” kata Ruud yang dikutip Selasa 12 Januari 2021.
Ruud juga mengaku tower atau menara di Bandara Soekarno-Hatta memberikan kepadanya rute yang menghindari TKP jatuhnya SJ-182, tetapi tetap di jalur yang sama untuk menempuh perjalanan dari Cengkareng ke Bandara Supadio di Pontianak.
Saat itu cuaca tetap tidak bisa diprediksi dan cenderung berawan. Saat mencapai ketinggian 11.000 kaki, pesawat yang dipiloti Ruud terus mendaki tanpa ada hambatan hingga mencapai 15.000 kaki hingga berhasil mendarat di Bandara Supadio.
Maka dia keheranan mengapa SJ-182 bisa jatuh yang didahului dengan kondisi kehilangan daya angkat pesawat atau stall.
Ada kemungkinan pesawat yang dipiloti almarhum Afwan tersebut mengalami kerusakan mesin sehingga mengalami stall terus jatuh menghunjam laut. Namun hal itu perlu diverifikasi lebih lanjut kebenarannya.
Sementara Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono dalam keterangan resminya menyatakan pesawat Boeing 737-500 Sriwijaya Air tersebut berfungsi dengan baik sistem komunikasinya maupun analisis puing-puing pesawat yang sudah ditemukan.
Menurut Soerjanto lebarnya potongan badan pesawat yang berukuran sekitar 100 meter kali 300 meter berarti pesawat tidak meledak di udara.