MATA INDONESIA, JAKARTA – Silaturahmi Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo ke Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah merupakan upaya untuk memperkuat sinergitas antara Polri dan ormas Islam dalam menghambat gerakan radikal.
“Sehingga, upaya meningkatkan toleransi umat beragama dan mencegah gerakan kelompok radikal bisa semakin mudah,” kata Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia Islah Bahrawi, kepada Mata Indonesia News, Selasa 2 Februari 2021.
Ia menegaskan bahwa NU dan Muhammadiyah selalu terdepan untuk menyuarakan toleransi. Kedua organisasi ini menjadi titik simpul dan kunci menangkal gerakan radikalisme. Kunjungan Kapolri ke PBNU dan Muhammadiyah dinilai sangat tepat.
Itu alasan Kapolri menjadikan dua lembaga itu sebagai skala prioritas. Sedangkan kunjungannya ke Rabithah Alawiyah karena memang dalam beberapa bulan terakhir ini muncul berbagai macam isu soal habaib.
Islah juga mengatakan bahwa NU dan Muhammadiyah adalah kelompok yang lebih siap menghadapi moderasi agama. Keduanya siap melakukan akulturasi dengan budaya lokal. Sementara kelompok lain seperti Salafi Wahabi tidak menginginkan akulturasi.
“Mereka menganggap bid’ah ini. Yang paling repot memang ketika berhadapan dengan moderasi,” kata Islah.
Islah yakin NU dan Muhammadiyah juga bisa menarik kelompok kanan menjadi tengah. Seperti Front Pembela Islam (FPI) yang dianggap berada di kelompok kanan. Kelompok itu tengah rata-rata adalah ulama-ulama NU.
Hal ini diharapkan mampu mencegah munculnya gerakan-gerakan baru yang berhaluan radikalisme.