Majukan Misi Keamanan Nasional, Peneliti AS Manfaatkan Fusi Nuklir

Baca Juga

Misi untuk memajukan keamanan nasional AS melalui fusi nuklir nampaknya akan segera terealisasi. Para peneliti di National Ignition Facility (NIF) AS, khususnya Direktur Laboratorium Nasional Lawrence Livermore, Kim Budil mengemukakan bahwa upaya untuk memanfaatkan teknologi fusi nuklir bisa menjadi metode yang relatif aman dan berkelanjutan untuk menghasilkan energi di Bumi.  

“Hasil ini merupakan langkah maju bersejarah untuk penelitian fusi nuklir, membuka rezim baru yang fundamental untuk eksplorasi dan kemajuan misi keamanan nasional kami yang kritis,” kata Kim Budil.

Adapun hal ini tidak lepas dari eksperimen fusi nuklir di fasilitas laser terbesar di dunia yang telah melepaskan 1,3 joule energi. Hasilnya yakni sinar laser mencapai panas 100 juta derajat Celcius jauh lebih panas dari inti Matahari yang hanya 15 juta derajat Celcius.

Sementara itu para peneliti di Lawrence Livermore National Laboratory di California Utara mengemukakan bahwa 192 laser raksasa di NIF seukuran kacang bisa menghasilkan pelepasan energi 1,3 megajoule dalam 100 triliun detik. Jika mengacu dari Live Science, pelepasan energi itu setara dengan 10 persen energi Marahari yang menyinari Bumi.

Sebenarnya para ilmuwan dan insinyur sudah bekerja selama lebih dari 60 tahun untuk meneliti pemanfaatan fusi nuklir berkelanjutan. Namun, beberapa peneliti menilai bahwa mereka bisa mempertahankan fusi di tokamak dalam beberapa tahun.  Adapun Tokamak merupakan sebuah mesin yang memproduksi medan magnet untuk mengurung plasma. Alat tersebut paling banyak diteliti untuk memproduksi tenaga fusi termonuklir.

Namun NFI menggantinya dengan menggunakan rangkaian penguat sinar laser seukuran tiga lapangan sepak bola untuk memfokuskan sinar laser pada pelet bahan bakar hydrogen dalam ‘ruang target’ logam bulat selebar 10 meter. Laser ini dinilai mampu menghasilkan 4 megajoule energi.

Pengaturan NIF pun tidak dapat digunakan di pembangkit listrik fusi karena lasernya hanya dapat menyala sekitar sekali sehari. Sementara pembangkit listrik perlu menguapkan beberapa pelet bahan bakar setiap detik untuk memodifikasi proses agar digunakan secara komersial.

Maka fisikawan plasma Siegfried Glenzer dari SLAC National Accelerator Laboratory di Stanford University mengemukakan kepada The New York Times bahwa para ilmuwan di SLAC sedang mengerjakan sistem laser bertenaga rendah yang menghasilkan listrik jauh lebih cepat.

“Ini sangat menjanjikan bagi kami, untuk mencapai sumber energi di planet ini yang tidak akan mengeluarkan CO2,” kata Glenzer.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

BEM Nusantara DIY Gelar Aksi Peringatan Hari Buruh Internasional

Mata Indonesia, Yogyakarta - BEM Nusantara DIY melakukan aksi peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day di Titik Nol Yogyakarta pada Rabu, 1 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini