Loyalitas Luhut Panjaitan dan Ancaman Pembunuhan

Baca Juga

MINEWS.ID, JAKARTA – Loyalitas tampaknya sudah benar-benar mendarah daging di tubuh Luhut Binsar Panjaitan.

Hal tersebut dia buktikan pada 2014 saat partainya, Golkar mendukung Prabowo Subianto-Hatta, sedangkan dia memutuskan mendukung Jokowi yang berpasangan dengan Jusuf Kalla saat itu.

Luhut tidak melakukannya dengan diam-diam dan mencuri-curi kesempatan. Dengan loyalitasnya yang tinggi, dia memutuskan mengundurkan diri dari Golkar yang sudah membesarkan karir politiknya saat itu. Apalagi saat itu dia sudah menjabat Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Golkar mendampingi Akbar Tanjung.

“Sebagai prajurit, loyalitas sudah menjadi darah daging saya. Keputusan Presiden akan saya laksanakan sesuai kemampuan saya. Saya hanyalah bagian kecil dari sistem. Kalau saya bisa mengerjakan banyak hal itu karena kehebatan para staf dan perwira-perwira yang membantu saya selama ini,” tulis Luhut dalam akun facebooknya, Rabu, 27 Juli 2016.

Loyalitas itu pula yang tampaknya membuat lelaki kelahiran Toba Samosir, Sumatera Utara, 28 September 1947 itu sangat dipercaya Presiden Jokowi.

Presiden Jokowi mengganjar Luhut Binsar Panjaitan dengan jabatan di lembaga baru yaitu Kepala Staf Kepresidenan RI untuk periode 2014-2019. Ia menjadi orang penting di lingkaran Istana Presiden.

Namun, belum lama berjalan, 12 Agustus 2015, Presiden Joko Widodo mengangkat dan melantiknya menjadi Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) menggantikan Tedjo Edhy Purdjiatno.

Setahun kemudian, pada perombakan kabinet berikutnya, ia dilantik menjadi Menko Maritim dan Sumber Daya untuk periode 2016-2019.

Sebenarnya di lingkungan militer Luhut juga memiliki prestasi yang tidak bisa dibilang rendah.

Dia lah pembentuk pasukan penanggulangan teroris (Gultor) atau Detasemen 81 di Kopassus.

Luhut juga banyak mengikuti pendidikan kemiliteran di luar negeri termasuk beberapa kali mengkuti sekolah di Fort Bragg dan Fort Benning.

Namun, karirnya memang lebih bersinar setelah dia tidak lagi berseragam militer.

Kini dia harus menghadapi ancaman pembunuhan, mungkin karena loyalitasnya yang tinggi terhadap Jokowi.

Berita Terbaru

Kenaikan PPN 1% Tidak Berdampak Negatif: Pemerintah Pastikan Kebutuhan Pokok Masyarakat Terlindungi

Jakarta – Sejumlah pihak menyambut positif rencana kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 1% menjadi 12% pada tahun...
- Advertisement -

Baca berita yang ini