MATA INDONESIA, JAKARTA – Keputusan Pulau Natuna dijadikan tempat karantina WNI dari Wuhan sebenarnya melalui proses yang lumayan panjang.
Menurut Presiden Jokowi sebenarnya selain Natuna, sempat ada opsi mengkarantina 238 WNI tersebut di Morotai dan Biak.
“Saya juga berterima kasih ke masyarakat Natuna yang juga sudah memberikan ‘lampu hijau’ karena ini saudara-saudara kita sendiri. Memang kemarin ada beberapa alternatif, ada yang kemarin, Morotai misalnya, Biak. Tidak semua pulau bisa dipakai,” ujar Jokowi di Bogor, Senin 3 Februari 2020.
Hal itu dikuatkan keterangan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto saat melakukan rapat dengar pendapat dengan Komisi IX DPR RI, Senin.
Menurut Terawan, pemilihan Natuna karena terdapat pangkalan militer yang lokasinya relatif terpencil serta di pinggir laut. Apalagi lokasi itu juga memiliki landasan pesawat militer.
Pemilihan pangkalan militer sebagai tempat observasi kesehatan WNI yang baru pulang dari Wuhan merujuk pada aturan World Health Organization (WHO). Sementara di Morotai dan Biak pengkalan militernya masih dalam proses pembangunan.
Terawan menegaskan pemerintah telah melakukan sosialiasi terkait pemilihan lokasi karantina di Natuna. Namun, ia mengakui masih ada sebagian warga yang belum bisa menerima alasan pemerintah.
Sementara situasi Kabupaten Natuna yang dua hari sebelumnya diwarnai kerusuhan menolak proses karantina tersebut, Senin 3 Februari 2020 ini dikabarkan sudah kondusif. Hal itu diungkapkan
Kepala Bidan Hubungan Masyarakat Polda Kepulauan Riau, Kombes Harry Goldenhardt menyampaikan aktivitas warga di Natuna berjalan seperti biasa.
Meski situasi sudah kondusif, namun 125 personel Brimob yang di-BKO-kan tetap berada di Natuna.
Harry menyebut personel ini menjalankan misi kemanusiaan, sekaligus menyerap aspirasi warga Natuna, melalui berbagai forum.