MATA INDONESIA, JAKARTA – Tiga negara kelimpungan dengan kebijakan Presiden Jokowi yang melarang ekspor batu bara selama satu bulan, pasalnya mereka akan mengalami krisis energi.
Kabar terbaru datang dari Filipina, melalui Menteri Energi Alfonso Cusi memohon pemerintahan Jokowi untuk mencabut larangan tersebut.
Menurut laporan Reuters, Alfonso mengungkapkan ekonomi mereka sangat bergantung kepada bahan bakar pembangkit listrik tersebut.
Indonesia menurut laporan tersebut, merupakan salah satu eksportir batu bara termal terbesar dunia.
Namun Presiden Jokowi memerintahkan penghentian sementara ekspor tersebut selama satu bulan karena PLN kehabisan persediaan batu bara untuk sejumlah pembangkit listrik dalam negeri.
“Permohonan tersebut disampaikan oleh Cusi dalam surat yang dikirim melalui Departemen Luar Negeri kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia, Arifin Tasrif,” kata departemen energi dalam rilis berita, tanpa menyebutkan kapan surat itu dikirim.
Filipina, sangat bergantung pada batu bara untuk pembangkit listrik. Sebagian besar membeli dari Indonesia, sisanya dibeli dengan harga yang cukup mahal dari Australia dan Vietnam.
Sebelumnya Menteri Perdagangan Korea Selatan, Yeo Han-koo merayu Mendag Muhammad Lutfi untuk membuka kembali keran ekspor batu bara tersebut seperti dikutip Yonhap News Agency.
Sementara Jepang adalah negara yang melayangkan protes pertama terhadap penghentian ekspor tersebut.
Duta Besar Jepang untuk Indonesia Kanasugi Kenji meminta Menteri ESDM untuk mencabut larangan ekspor ini. Pasalnya, beberapa pembangkit listrik dan manufaktur Jepang masih mengandalkan pasokan batubara dari Indonesia sekitar 2 juta ton per bulan sehingga larang ekspor itu berdampak serius pada ekonomi Jepang.
Kanasugi Kenji menawarkan alternatif agar pemerintah Indonesia tetap membuka ekspor batubara jenis High Calorific Value (HCV).