Indonesia dan Thailand Punya Pandangan Berbeda dalam Konflik Myanmar

Baca Juga

MATA INDONESIA, BRUNEI – Myanmar masih bergejolak, berbagai aksi unjuk rasa masih mewarnai hari-hari di Negeri Pagoda. Konflik antara pasukan keamanan dan kelompok etnis di perbatasan pun masih kembali bergejolak.

Krisis yang tengah terjadi di Myanmar ini menyita perhatian negara-negara di dunia, khususnya negara-negara tetangga. Demi mengakhiri konflik yang terjadi sejak empat bulan lalu, beberapa negara mencoba untuk melakukan dialog dengan junta militer yang naik tampuk kekuasaan melalui cara kudeta.

Negara-negara Barat memilih untuk menjatuhkan sanksi. Ada pun Jepang, melalui Menteri Luar Negeri Toshimitsu Motegi menegaskan bahwa Negeri Sakura akan membekukan semua bantuan apabila junta militer tetap menggunakan kekerasan dan kekuatan mematikan terhadap warga sipil yang menentang kudeta.

Sementara itu, Ketua dan Sekretaris Jenderal Organisasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) berencana melakukan perjalanan ke Myanmar pada pekan ini. Bahkan ketika organisasi yang terdiri dari 10 negara itu memiliki dua pandangan yang berbeda dalam menanggapi kudeta militer di sana.

Menteri Luar Negeri kedua Brunei yang juga merupakan Ketua ASEAN tahun ini, Erywan Yusof dan Sekretaris Jenderal, Lim Jock Hoi dijadwalkan bertemu pekan ini dengan para pemimpin junta.

“ASEAN sedang mengalami pendarahan. Ada banyak sniping diplomatik intra-ASEAN. Ada ketidakbahagiaan di sekitar,” kata salah satu sumber yang akrab dengan negosiasi, melansir Reuters, Rabu, 2 Juni 2021.

Sumber tersebut mengatakan bahwa rencana kunjungan tersebut berpeluang ditunda bahkan batal, menyusul hambatan logistik dan diplomatik. Jika kunjungan ini terwujud, maka kunjungan petinggi ASEAN ke Myanmar berlangsung lima pekan setelah pertemuan negara-negara Asia Tenggara di Jakarta, Indonesia.

Pertemuan tersebut turut menghasilkan lima poin konsensus demi memulihkan kisruh dan kekerasan di Myanmar, salah satu poinnya adalah mengirim utusan khusus ASEAN ke Myanmar.

Akan tetapi, hingga saat ini delegasi tersebut belum jua ditunjuk. Amanat dan masa jabatan delegasi khusus itu juga belum ditentukan, menyusul adanya perbedaan antara negara-negara anggota.

Indonesia kabarnya lebih memilih menunjuk satu utusan yang akan memimpin misi soal Myanmar. Sementara Thailand yang notabene memiliki kedekatan dengan junta militer, mendorong ASEAN untuk membentuk lebih banyak perwakilan dalam tim delegasi.

Sedangkan mayoritas negara anggota ASEAN lebih mendukung pembentukan tiga delegasi yang diwakili oleh Brunei Darussalam, Indonesia, dan Thailand. Sejauh ini belum ada komentar dari pihak-pihak terkait.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini