Gempa di Utara Dirasakan Warga Selatan Pulau Jawa, Ini Penjelasan BMKG

Baca Juga

MATA INDONESIA, JEPARA – Gempa di Kabupaten Jepara, Selasa 7 Juli 2020, berkekuatan magnitudo 6,1 bisa dirasakan hingga bagian selatan Jawa seperti Yogyakarta hingga Bali. Hal itu menimbulkan pertanyaan warga, mengapa gempa di pantai utara hanya dirasakan warga pesisir Pantai Selatan?

Sementara warga di wilayah pantai utara Jawa Tengah seperti Semarang bahkan di Jepara sendiri tidak terasa.

Menurut catatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) gempa itu berpusat 53 kilometer barat laut Jepara atau di laut pada kedalaman 578 kilometer.

Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jepara Arwin Noor Isdianto mengatakan belum ada laporan kerusakan akibat gempa tersebut.

“Gempa tersebut memang tidak dirasakan oleh warga, termasuk informasi di wilayah pantai hingga kini juga tidak ada laporan masuk terkait gempa tersebut,” katanya seperti dilansir antara.

Seorang warga Kecamatan Keling di Jepara, Hari, yang sedang berada di luar rumah saat gempa terjadi mengatakan bahwa dia tidak merasakan getaran gempa. Begitu juga Anwar, warga Desa Mantingan, Jepara.

Namun, Arif yang tingggal di Bantul, Yogyakarta justru merasakan getaran yang cukup keras. Begitu juga warga yang tinggal di Bali sangat merasakan getaran gempa itu.

Menurut Kepala bidang Mitigasi Gempa dan Tsunami BMKG, Daryono, itu adalah gempa yang tergolong deep focus earthquake. Ternjadi karena slab lempeng indo Australia menukik di bawah Laut Jawa sudah menggantung kemudian putus karena tarikan gaya gravitasi atau roll back slab.

Karena dalam sekali hiposenternya maka spektrum guncangannya dirasakan dalam wilayah yang luas.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Stok BBM Dipertahankan Rata-Rata 20 Hari untuk Menjamin Kebutuhan Jelang Nataru

Oleh: Anggina Nur Aisyah* Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2025/2026, pemerintah menegaskankomitmennya dalam menjamin ketersediaan energi nasional melalui kebijakan strategismenjaga stok bahan bakar minyak pada rata-rata 20 hari. Kebijakan ini menjadi buktinyata kesiapan negara dalam mengantisipasi peningkatan kebutuhan masyarakatselama periode libur panjang, sekaligus memperkuat rasa aman publik terhadapkelangsungan aktivitas sosial, ekonomi, dan keagamaan. Penjagaan stok BBM tersebutmencerminkan perencanaan yang matang, berbasis data, serta koordinasi lintas sektoryang solid antara pemerintah, regulator, dan badan usaha energi nasional. Perhatian Presiden Prabowo Subianto terhadap kesiapan menghadapi arus Natal dan Tahun Baru memperlihatkan bahwa sektor energi ditempatkan sebagai prioritas utamadalam pelayanan publik. Presiden memastikan bahwa distribusi bahan bakar berjalanoptimal seiring dengan kesiapan infrastruktur publik, transportasi, dan layananpendukung lainnya. Pendekatan ini menegaskan bahwa pemenuhan kebutuhan energimasyarakat tidak hanya dipandang sebagai aspek teknis, melainkan sebagai bagian daritanggung jawab negara dalam menjaga stabilitas nasional dan kenyamanan publikselama momentum penting keagamaan dan libur akhir tahun. Langkah pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dengan mengaktifkan kembali Posko Nasional Sektor...
- Advertisement -

Baca berita yang ini