MINEWS, JAKARTA – Nilai tukar rupiah atas dolar AS diramalkan akan tetap menguat pada akhir pekan, 8 November 2019. Kemarin, Rupiah ditutup di level Rp 13.998 atau naik 0,12 persen.
Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim meramalkan pergerakan rupiah hari ini akan bergerak di kisaran Rp 13.970 hingga Rp 14.030 per dolar AS.
Ia mengatakan penguatan rupiah hari ini masih akan ditopang oleh sejumlah sentimen baik dari eksternal maupun internal yaitu sebagai berikut.
Pertama, soal perkembangan dalam negosiasi perdagangan AS-China. Pihak Washington dan Beijing dikabarkan secara bersamaan bakal membatalkan tarif pajak bagi sejumlah produknya.
Kedua, output industri Jerman turun lebih dari yang diharapkan pada bulan September 2019. Pelemahan yang sedang berlangsung di sektor ini, menunjukkan bahwa ekonomi terbesar untuk negara zona euro ini akan tergelincir ke dalam resesi pada kuartal ketiga.
Ketiga, soal pertemuan Bank of England (BoE) pada hari Kamis ini. “Kebijakan bank sentral Inggris ini diharapkan tidak ada perubahan, tetapi investor fokus pada bagaimana BoE akan menanggapi ketidakpastian yang ditimbulkan oleh keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Komite Kebijakan Moneter BoE memberikan suara 9-0 untuk mempertahankan Suku Bunga Bank pada 0,75 persen,†ujar Ibrahim sore ini.
Keempat, pelaku pasar juga sedang menunggu hasil pemilihan umum pada 12 Desember, yang akan menentukan apakah Partai Konservatif yang berkuasa dapat memenangkan mayoritas di Parlemen dan menyimpulkan Brexit pada batas waktu 31 Januari.
Sementara dari internal, penguatan rupiah ditopang oleh data dari Bank Indonesia (BI) soal cadangan devisa Oktober 2019 mengalami kenaikan menjadi 126,7 miliar dolarAS dari bulan sebelumnya 124,3 miliar dolar AS.
“Cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang tetap baik,†katanya.