MINEWS.ID, JAKARTA – Lolosnya Enzo Zenz Allie seorang calon taruna akademi militer (Akmil) 2019 blasteran Prancis meninggalkan pertanyaan karena dia diduga menjadi pendukung Organisasi terlarang di Indonesia ISIS atau Hizbut Thahrir Indonesia (HTI). Maka, seleksi Akmil dianjurkan mengikuti perkembangan zaman.
Pengamat militer dan intelejen Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati menganjurkan metode seleksi yang selalu mutakhir terutama pada sidang penilaian penentuan akhir (pantukhir).
“Dalam seleksi prajurit itu ada pantukhir. Seyogyanya metode harus ikuti perkembangan yang ada, dunia digital sudah berkembang,” kata Nuning sapaan akrabnya saat dihubungi MInews.id, Jakarta, Rabu 7 Agustus 2019.
Menurut Nuning meningkatkan metode penerimaan Calon Taruna (Catar) melalui rekam jejak media sosial harus ikut menjadi dasar penilaian nantinya.
“Melihat track record sang calon secara seksama dan teliti. Meski cerdas tapi Jika terdeteksi aliran radikal, bahaya,” ujar Nuning.
Alasannya, bagaimana mau menjaga sistem pertahanan negara jika punya keyakinan atas ideologi yang berbeda dari Pancasila?
Menurut Nuning, pada kasus Enzo TNI harus mendalami betul sehingga tidak salah dalam mengambil keputusan untuk menerima atau tidak.
Dia juga menganjurkan agar segera dilakukan pembersihan dalam tubuh TNI dan Polri dari radikalisme.
Jangan sampai kesusupan. Orang ini harus clear!,” katanya dengan nada tegas.
Pramirvandatu