Enggak Lagi Pahit, Rusia Ciptakan Obat Anti COVID-19 Rasa Buah

Baca Juga

MATA INDONESIA, SOCHI – Kementerian Pertahanan Rusia dikabarkan tengah mengembangkan obat anti-virus corona berupa permen karet, tablet kunyah, dan pasta buah.

Obat anti-virus corona dalam bentuk tablet kunyah dapat memasuki peredaran sipil, demikian diungkapkan kepala Lembaga Penelitian Ilmiah Pusat ke-48 Kementerian Pertahanan Rusia, Sergey Borisevich

“Kami sedang mengerjakannya. Mari kita lihat kualitasnya,” ucap Borisevich, melansir TASS.

Borisevich juga mengatakan kepada wartawan bahwa sanksi Amerika Serikat pada tahap ini sama sekali tidak mempengaruhi proyek institute tersebut. Pada saat yang sama, Borisevich tidak mengomentari tuduhan bahwa institut yang dikomandoinya tengah mengembangkan senjata biologis.

Sebelumnya, RBC –kantor berita di Rusia, mengutip Borisevich, melaporkan bahwa Kementerian Pertahanan di negara tersebut sedang mengembangkan obat anti-virus corona dalam bentuk permen karet, tablet kunyah, dan pasta buah.

Sejak virus corona ditetapkan sebagai pandemi global, Rusia bekerja keras memerangi virus yang telah menelan 3,9 juta nyawa di dunia tersebut. Hasilnya, pada awal tahun lalu, Rusia berhasil menciptakan vaksin yang diberi nama Sputnik V –salah satu jenis vaksin yang terdaftar paling awal.

Penamaan Sputnik V merujuk kepada program luar angkasa era Uni Soviet, di mana saat itu Rusia terlibat Perang Dingin dengan Paman Sam.

Kecepatan Rusia bergerak untuk meluncurkan vaksin virus corona menyoroti tekadnya untuk memenangkan perlombaan global untuk membuat produk yang efektif lagi aman.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pencegahan TPPO di Jogja Diperkuat, Gugus Tugas Dibentuk Kurangi Kasus

Mata Indonesia, Yogyakarta - Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) semakin menjadi perhatian serius di Indonesia, termasuk di Kota Yogyakarta. Korban TPPO seringkali berasal dari kalangan Pekerja Migran Indonesia (PMI), yang terjerat dalam kasus perdagangan manusia akibat berbagai faktor risiko.
- Advertisement -

Baca berita yang ini