MATA INDONESIA, NAYPYIDAW – Dewan Keamanan PBB dalam sebuah pernyataan mengutuk keras tindakan yang yang dilakukan junta militer Myanmar terhadap para pengunjuk rasa damai.
Dalam draft pernyataan DK PBB menyerukan kepada junta militer Myanmar untuk sepenuhnya menahan diri sembari menegaskan bahwa DK PBB akan terus memantau perkembangan situasi dengan cermat dan siap mempertimbangkan tindakan lebih lanjut.
Akan tetapi, pernyataan mengutuk akan kudeta yang dilakukan oleh junta militer Myanmar dan ancaman mengenai tindakan atau sanksi lebih lanjut yang diusulkan oleh Inggris mendapat tentangan dari anggota tetap dan tidak tetap DK PBB, seperti Cina, Rusia, India, dan Vietnam.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres berharap pernyataan Dewan Keamanan PBB akan mendorong junta militer untuk menyadari betapa pentingnya semua tahanan untuk dibebaskan dan hasil pemilihan yang digelar pada November 2020 harus dihormati.
Junta militer membenarkan kudeta tersebut dengan mengatakan bahwa pemilu, yang dimenangkan oleh Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) milik Aung San Suu Kyi, dinodai oleh penipuan – sebuah pernyataan yang ditolak oleh komisi pemilihan.
Guterres mengatakan bahwa Myanmar bukanlah sebuah negara demokrasi yang sempurna, meski sebelum kudeta.
“Itu masih sangat di bawah kendali militer dalam banyak aspek, yang membuat kudeta ini semakin sulit dipahami, terutama tuduhan kecurangan pemilu oleh mereka yang sebagian besar menguasai negara,” Guterres, melansir Reuters, Kamis, 11 Maret 2021.
Televisi negara MRTV mengumumkan surat perintah penangkapan terhadap beberapa pemimpin protes pemuda serta memperlihatkan gambar dari 29 demonstran yang dicari. Para demonstran juga telah menyerukan perlindungan dan tindakan internasional terhadap junta militer.
Sementara seorang pemuda yang turut dalam aksi demonstrasi mengatakan dalam sebuah pesan bahwa demonstran lainnya telah dipukuli dan ditampar. Meski demikan, ia memastikan, besok (Kamis.red) akan kembali turun ke jalan melakukan aksi unjuk rasa.
“Besok saya akan terus protes. Saya tidak akan berhenti. Sasarannya sangat jelas bahwa kami menginginkan demokrasi. Kami ingin pemerintah terpilih kami kembali (memimpin),” kata pemuda yang tak ingin namanya disebutkan itu.