MATA INDONESIA, JAKARTA – Peristiwa turunnya saldu di Tabuk, Arab Saudi, membuat dunia tercengang. Pasalnya, kota yang ada di perbatasan Yordania-Arab Saudi ini biasanya memiliki suhu udara yang panas dan kering. Peristiwa langka ini pun disebut-sebut sebagai salah satu tanda kiamat.
Mulyono Rahadi Prabowo, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, mengatakan bahwa fenomena turunnya salju di Arab Saudi adalah suatu hal yang mungkin terjadi dan merupakan salah satu akibat perubahan iklim yang dipicu oleh pemanasan global. Hal tersebutlah yang membuat perubahan cuaca menjadi ekstrem.
“Sebetulnya Arab secara lintang itu agak ke utara, tidak di ekuator persis. Sehingga sebetulnya Arab bisa saja mengalami musim dingin,†ujar Mulyono, baru-baru ini.
Mulyono juga mengatakan bahwa hanya wilayah yang berada tepat di garis ekuator saja yang tidak akan mengalami hujan salju. Sedangkan Tabuk adalah daerah yang mengarah utara, yaitu lebih mendekati Yordania.
Di samping itu, posisi matahari yang saat ini sedang berada di belahan bumi selatan pun turut menjadikan belahan bumi di bagian utara mengalami musim dingin. Hal tersebut pun turut menjadi pemicu turunnya salju di daerah Tabuk.
Perubahan musim ini juga menyebabkan terjadinya pergerakan sirkulasi cuaca di lingkar kutub utara menuju ke arah selatan. Desakan udara yang dihasilkan dapat berpotensi menimbulkan polar vortex.
Polar vortex adalah suatu istilah yang menjelaskan fenomena pertumbuhan awan di lintang tinggi yang pada dasarnya berbentuk salju. Namun apabila suatu daerah terletak di garis ekuator, maka butiran salju ini akan mencair dan membentuk air hujan.
Mulyono menegaskan bahwa Tabuk sebenarnya berpotensi mengalami hujan salju karena terletak pada posisi sekitar 27 derajat lintang utara. (Marizke/R)