MATA INDONESIA, JAKARTA – Prosesi adat Arfak “injak piring” menyambut kedatangan delegasi Youth 20 (Y20) di Bandara Rendani, Manokwari, Papua Barat, sejak Jumat 17 Juni 2022.
Prosesi Laku tersebut merupakan simbol dari kehangatan dan penghormatan bagi para tamu yang menghadiri pra-Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) keempat Y20 2022 di Papua. Sebanyak 54 orang delegasi nasional dan 20 orang delegasi internasional telah hadir, termasuk delegasi dari World Bank.
Acara pra-KTT keempat Y20 2022 di Manokwari, Papua Barat berlangsung pada Sabtu 18 Juni 2022 hingga Minggu 19 Juni 2022. Y20 merupakan wadah bagi perwakilan generasi muda dari negara anggota G20 untuk berdialog dan menyampaikan rekomendasi kebijakan kepada pemerintah.
Pertemuan Y20 tahun ini membahas empat bidang prioritas Yaitu
- Ketenagakerjaan pemuda
- Transformasi digital
- Planet yang berkelanjutan dan layak huni
- Keberagaman dan inklusi.
Adapun acara pra-KTT Y20 Manokwari fokus membahas masalah keberagaman dan inklusi. Dengan subtema pendidikan dan ekonomi kreatif dalam konteks pemulihan dari dampak pandemi.
Adapun diskusi high-level panel pra-KTT keempat Y20 yang membahas mengenai peluang reformasi kebijakan mewujudkan keberagaman dan inklusi pada Sabtu 18 Juni 2022. Para narasumber high-level panel yang terdiri dari pembuat kebijakan serta praktisi mendorong keterlibatan anak muda di Presidensi G20 Indonesia.
Apalagi mengingat para delegasi Y20 nantinya akan menghasilkan komunike atau rekomendasi kebijakan untuk para pemimpin G20. Komunike ini akan menyentuh topik keberagaman dan inklusi yang menjadi isu prioritas di pra-KTT keempat Y20.
Sebagai pengampu kelompok kerja G20 Tourism Working Group (TWG), menurut Menparekraf Sandiaga Uno, pihaknya terbuka untuk bekerja sama dengan anak muda dalam mendukung pariwisata Indonesia. Hal itu mengingat, 55 persen penduduk Indonesia merupakan kalangan milenial dan Gen Z.
“Jika kita ingin relevan di TWG, kita perlu terlibat dengan para pemikir muda yang sangat progresif, kreatif, inovatif, untuk memberikan masukan dan ide. Kita perlu beradaptasi, berinovasi, berkolaborasi agar bisa recover together, recover stronger, dan tentunya, recover better,” ujar Menparekraf Sandiaga Uno.
Dian Triansyah Djani, selaku G20 Indonesia Co-Sherpa, yang juga Staf Khusus Program Prioritas Kemenlu, mengatakan bahwa pemerintah berharap Presidensi G20 2022 dapat mewujudkan hasil yang konkret. Termasuk, memastikan pemulihan dari pandemi yang inklusif.
“Presiden menginginkan adanya deliverables yang konkret. Ddalam bentuk proyek dan inisiatif. Di sini, anak muda bisa memainkan peran yang penting sebagai katalisator aksi untuk pemimpin G20. Kalian dapat menyuarakan ide hingga menginisiasi program dan kolaborasi,” ujar Dian.
Pendidikan inklusif merupakan salah satu fokus pembahasan dalam perhelatan di Manokwari. Menurut Co-Chair Y20 Indonesia 2022 Nurul Hidayatul Ummah, ketidaksetaraan mempengaruhi semua segmen masyarakat dan merugikan kelompok rentan. Yang seringkali merupakan anak muda. Investasi SDM yang tidak memadai dan meningkatnya intoleransi di masyarakat menjadi beberapa tantangan terbesar generasi muda saat ini.
Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali melalui Asdep Kemitraan dan Penghargaan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Wisler Manalu, menyampaikan hal yang senada. Ia berharap, forum Y20 dapat menghasilkan rekomendasi terkait peningkatan kualitas SDM untuk meningkatkan kualitas hidup kaum muda.
Apresiasi terhadap pelaksanaan pra-KTT Y20 2022 juga muncul dari Pj Gubernur Papua Barat melalui Sekretaris Daerah Papua Barat, Nathaniel Dominggus Mandacan. Mandacan mengaku bangga acara itu melibatkan berbagai elemen anak muda. Tidak hanya di tingkat nasional, tetapi juga di tingkat global.
Dalam sebuah talkshow di pra-KTT Y20 tersebut, Chief Business Officer Kipin.id Steffina Yuli menggarisbawahi adanya kesenjangan infrastruktur digital. Seperti koneksi internet, antara di perkotaan dan pedesaan. Untuk itu, Kipin.id menyediakan teknologi yang memungkinkan siswa mengakses materi pelajaran tanpa adanya internet.
“Perlu adanya solusi yang bisa menjembatani mereka tanpa harus menunggu kesiapan infrastruktur digital. Kita juga perlu memastikan solusi tersebut terjangkau,” ujar Steffina.