MATA INDONESIA, NAYPYIDAW – Sejumlah warga Myanmar terpaksa melarikan diri, menyusul meningkatnya pertempuran di negara bagian Chin, antara pasukan militer dan kelompok etnis yang menentang junta yang merebut kekuasaan pada awal Februari.
Eksodus tersebut juga mengancam akan mendorong lebih banyak orang ke perbatasan terdekat dengan India. Seorang pejabat pemerintah India mengatakan lebih dari 15 ribu orang telah mengungsi sejak kudeta 1 Februari yang telah menjerumuskan Myanmar ke dalam kekacauan.
“Saat hujan turun, kami tidak memiliki tempat berlindung yang kuat,” kata Mai, yang melarikan diri dengan berjalan kaki dari kota Mindat pada akhir pekan dan sekarang berada di sebuah desa yang jauhnya 15 km, melansir Reuters, Rabu, 19 Mei 2021.
“Kami punya cukup beras dan kacang polong kering, tapi kami harus pergi dan mencari sayuran. Ada kekurangan minyak dan bahan bakar untuk sepeda motor. Tidak ada persediaan medis. Bahkan jika kami punya uang, kami tidak bisa membeli bahan makanan,” sambungnya.
Warga Myanmar yang melarikan diri mengatakan ribuan orang meninggalkan Mindat setelah tentara menyerang Pasukan Pertahanan Chinland –yang bersekutu dengan Pemerintah Persatuan Nasional (NUG), pemerintah bayangan yang dibentuk oleh lawan junta.
“Ada juga laporan warga sipil tewas dan terluka dan properti sipil rusak atau hancur,” kata Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA).
Sejak menggulingkan dan menahan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi, junta militer Myanmar telah berjuang untuk memaksakan otoritasnya dalam menghadapi protes harian, pemogokan yang melumpuhkan dan meningkatnya pertempuran melawan kelompok lama dan dari pejuang etnis minoritas.
Global New Light of Myanmar yang dikelola negara mengatakan pemberontak telah menyerang dua lokasi lain di negara bagian Chin, yang berbatasan dengan India, pada Senin (17/5). Dikatakan tidak ada anggota pasukan keamanan yang terluka dalam serangan itu.
“Sangat menyedihkan kami harus melarikan diri dari rumah kami sendiri,” kata Salai, 24 tahun, yang turut dalam barisan pengungsi.
Setidaknya 10 orang telah tewas di Negara Bagian Chin dalam sepekan terakhir, menurut angka dari kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP). Angka tersebut menjadikan korban tewas di Myanmar menjadi 805 jiwa.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan hampir 10 ribu orang telah mengungsi di Negara Bagian Kachin di utara akibat pertempuran baru sejak pertengahan Maret. Ribuan orang juga mengungsi akibat bentrokan di wilayah timur dan timur laut.