Bukti Hargai Kemajemukan, 90 Persen Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Papua Adalah Non Muslim

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAYAPURA – Di usia 109 tahun, Muhammadiyah tetap menunjukan dirinya sebagai organisasi Islam yang mencintai dan menghargai kemajemukan di Tanah Air. Hal itu terlihat dari geliat perguruan tinggi di tanah air.

Meski berbasis agama Islam, ternyata mahasiswa perguruan tinggi Muhammadiyah tak melulu dari kalangan Muslim. Bahkan Universitas Muhammadiyah Papua, Jayapura, mayoritas mahasiswanya bukan orang Islam.

Melansir dari laman muhammadiyah.or.id, sebanyak 90 persen mahasiswa Universitas Muhammadiyah Papua merupakan non-muslim putra asli Papua. Universitas ini memiliki total 1.000 mahasiswa.

“Mahasiswa kami hampir 90 persen merupakan putra asli Papua sehingga ini merupakan hal yang patut dibanggakan dalam pluralisme yang ada,” kata Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas Muhammadiyah Papua, Indah Sulistiani, Dikutip Jumat 19 November 2021.

Bagi universitas yang baru diresmikan pada 2020 itu, fakta ini sejalan dengan gerakan Muhammadiyah yang digagas KH Ahmad Dahlan, yakni berkomitmen pada kemanusiaan universal tanpa diskriminasi. Komitmen seperti ini juga akan dijaga sebagai identitas inklusif Muhammadiyah.

Kendati mayoritas mahasiswanya bukan dari kalangan Islam, Universitas Muhammadiyah Papua tidak mengalami kendala yang berarti. Lantaran Universitas Muhammadiyah lain yang berada di Sorong, Papua Barat, juga mengakomodasi mayoritas masyarakat setempat yang non-muslim.

Menurut Indah, Universitas Muhammadiyah Papua akan lebih fokus pada tercapainya kualitas akademik dan penyaluran potensi mahasiswa. Selain itu, Universitas Muhammadiyah Papua juga akan meningkatkan kualitas proses pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat, juga aktivitas kemahasiswaan.

Bukan hanya bidang akademik, Universitas Muhammadiyah Papua juga berusaha mengakomodasi dan mengembangkan kearifan lokal agar kekuatan budaya setempat tetap lestari. “Kaitannya dengan kearifan lokal yang ada di Papua, hal tersebut menjadi salah satu faktor budaya yang dipertahankan,” kata Indah.

Ermelinda A Hale, biarawati lulusan Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong, mengaku senang dan bersyukur karena meski berbeda agama, selama perkuliahan mereka tetap saling mendukung dan membantu.

“Saya merasa senang dan bersyukur karena di dalam perkuliahan ini kami saling mendukung, membantu,” ujarnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini