MATA INDONESIA, JAKARTA – Seluruh dunia pasti mengenal seorang Kenneth Bruce Gorelick atau Kenny G sebagai musisi, tepatnya saksofonis top. Namun Kenny tidak hanya memiliki kecerdasan musikal, tetapi juga numerik yang dibuktikan dengan lulus dari jurusan akuntansi University of Washington Seattle dengan predikat magna cum laude.
Lelaki kelahiran Seattle 5 Juni 1956 itu ternyata sanggup mengembangkan kedua kecerdasannya tersebut sehingga bisa menopang hidupnya.
Dia mulai bermain saksofon pada usia 10 tahun pada 1966 setelah mendengar pertunjukan The Ed Sullivan Shown.
Karir musiknya berawal tujuh tahun kemudian saat menjadi pembantu Love Unlimited Orchestra milik Barry White pada tahun 1973. Ketika itu masih 17 tahun dan menjadi siswa sekolah menengah.
Hebatnya, kegiatan bermusik tidak mengganggu kuliahnya begitu juga sebaliknya sehingga dia mendapat predikat akademik tertinggi di bidang akuntasi, sedangkan karir musiknya mengantarkan Kenny bermain bersama band beraliran funk Cold, Bold and Together. Dia mulai bersolo karir setelah usai berkolaborasi dengan Lorber.
Prestasinya yang luar biasa semakin diakui. Pada tahun 1994, Kenny G sukses meraih Grammy Award di kategori Komposisi Instrumental Terbaik untuk lagu Forever in Love.
Di tahun sama, dia juga merilis album berjudul Miracles yang sukses meraih peringkat pertama di Billboard 200. Tak hanya itu, pada tahun 1997, dia tercatat dalam Guinness World Record setelah sukses memainkan nada terpanjang yang pernah direkam oleh saksofon.
Selama berkarir sebagai pemusik, Kenny juga mengembangkan kecerdasan numeriknya dengan menjadi trader saham.
Awal perkenalannya dengan dunia trading saham saat pamannya mengenalkan dia pada CEO Starbucks, Howard Schultz.
Kala itu, perusahaan Starbucks masih belum Go Public dan sepopuler saat ini. Namun dengan kecerdasan numeriknya Kenny G mau menginvestasikan uangnya untuk saham Starbucks di lantai bursa.
Ternyata pilihannya tepat. Tak lama nilai saham Starbucks meningkat 12.000 persen. Padahal, Kenny mengaku tidak tahu apa-apa tentang kopi, dia bersedia menginvestasikan uangnya karena Schultz adalah orang yang karismatik.
Ternyata penghasilannya sebagai trader saham lebih banyak dari hasil penjualan 75 juta kopi album musiknya.
Keberhasilan itu membuatnya semakin rajin dan bersemangat untuk menekuni profesi barunya sebagai trader saham. Setiap pagi, saksofonis top dunia itu kini lebih suka dihabiskan untuk memelototi layar komputer memperdagangkan saham 30 perusahaan di portofolionya.
Apalagi setelah berkurangnya komisi dari penjualan album fisik dan maraknya pembajakan musik online, dia semakin bersemangat dalam penjualan saham.