Mata Indonesia, Kulon Progo – Meski Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi kemarau basah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo tetap bersiaga.
Salah satu langkah antisipasi yang dilakukan adalah menyiapkan droping air bersih melalui Belanja Tak Terduga (BTT).
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana BPBD Kulon Progo, Heri Darmawan, menjelaskan bahwa kondisi cuaca saat ini masih dinamis dan bisa berubah sewaktu-waktu.
Berdasarkan prakiraan BMKG, musim kemarau tahun ini cenderung lebih pendek dari biasanya karena curah hujan masih terjadi di sejumlah wilayah Pulau Jawa, termasuk Kulon Progo.
“Secara kalender sudah memasuki musim kemarau, namun hujan masih turun sehingga musim kemarau diprediksi berlangsung lebih singkat,” ujarnya, Minggu 29 Juni 2025.
Meskipun musim kemarau diperkirakan tidak terlalu panjang, BPBD Kulon Progo tetap mengantisipasi potensi kekurangan air bersih dengan menyiagakan armada droping air.
Umumnya, permintaan droping air mulai meningkat sejak bulan Mei. Namun, tingginya curah hujan tahun ini memungkinkan warga masih dapat mengandalkan air hujan untuk kebutuhan sehari-hari.
BPBD tetap fokus pada wilayah rawan kekeringan, terutama di kawasan Perbukitan Menoreh.
Setidaknya terdapat empat hingga lima titik langganan kekeringan di Kulon Progo, khususnya di Kapanewon Kokap, Samigaluh, dan Girimulyo.
“Tahun ini kami tetap menyiapkan dropping air seperti tahun sebelumnya, kecuali jika ada penetapan status tanggap darurat kekeringan,” jelas Heri.
Pada tahun 2024, BPBD Kulon Progo mengalokasikan anggaran untuk 38 tangki air bersih, dengan kapasitas masing-masing 5.000 liter.
Anggaran ini juga direncanakan digunakan kembali pada tahun 2025. Jika jumlah wilayah terdampak kekeringan meningkat, BPBD dapat mengajukan tambahan distribusi air bersih, namun harus melalui penetapan status tanggap darurat oleh pemerintah daerah.
Status tanggap darurat dapat diberlakukan apabila terjadi bencana atau fenomena alam yang berdampak signifikan terhadap masyarakat.
Saat ini, status tanggap darurat bencana hidrometeorologi di Kulon Progo masih berlaku karena curah hujan masih sering terjadi meski musim kemarau telah tiba.
Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Kulon Progo, Triyono, membenarkan bahwa status tanggap darurat masih diberlakukan.
Menurutnya, cuaca yang tidak menentu memaksa pemerintah daerah untuk menyiapkan langkah antisipatif melalui penganggaran BTT.
“Jika pada bulan Juni masih terjadi bencana, status tanggap darurat bisa saja diperpanjang hingga Juli,” ujar Triyono.