Mata Indonesia, Kulon Progo – Masa libur sekolah saat ini, kunjungan wisatawan ke Kulon Progo diprediksi akan mengalami peningkatan.
Namun, tingkat okupansi hotel di Kulon Progo belum menunjukkan lonjakan signifikan.
Menurut Bambang Dwi Hartono, Sales Marketing Desa Wisata Tinalah, lonjakan kunjungan memang cenderung terjadi saat liburan. Meski begitu, pengunjung didominasi komunitas, bukan pelajar sekolah.
“Kunjungan dari kalangan sekolah justru lebih sering terjadi saat kegiatan belajar aktif, bukan ketika libur sekolah,” ungkapnya pada Rabu 25 Juni 2025.
Bambang menjelaskan bahwa lonjakan wisatawan pelajar, mulai dari SD hingga SMA, telah terjadi sejak Maret hingga awal Juni.
Setelah itu, mulai akhir Juni hingga Agustus, justru banyak reservasi dari perusahaan dan mahasiswa.
Di Desa Wisata Tinalah, kunjungan per hari bisa mencapai lima hingga 15 rombongan. Peningkatan signifikan biasanya terjadi saat libur Lebaran, mencapai hingga 50 kelompok per hari.
“Mayoritas wisatawan berasal dari wilayah DIY dan Jawa Tengah, jadi larangan studi tur dari Jawa Barat tidak terlalu berdampak,” jelas Bambang..
Ia menambahkan, penurunan kunjungan justru lebih terasa dari instansi pemerintah karena adanya efisiensi anggaran.
Menyambut musim liburan, pihaknya fokus pada promosi fasilitas unggulan seperti wisata alam, camping, outbond, family gathering, hingga wisata edukatif.
Ragam paket wisata Kulon Progo yang ditawarkan juga beragam, menyesuaikan kebutuhan dan anggaran wisatawan.
Namun, berkah peningkatan wisatawan ini belum dirasakan oleh sektor perhotelan.
Ketua PHRI Kulon Progo, Sumantoyo, menyatakan bahwa tingkat okupansi hotel di Kulon Progo masih rendah, hanya sekitar 25 persen.
“Kami tidak menetapkan target okupansi saat libur sekolah karena mayoritas hotel anggota PHRI di sini adalah hotel non-bintang dengan jumlah kamar yang terbatas,” terangnya.
Ia juga pesimis akan adanya peningkatan signifikan saat puncak libur sekolah, mengingat tren tahun sebelumnya yang serupa.
Peningkatan okupansi biasanya baru terlihat pada momen libur Natal dan Tahun Baru, ketika prioritas masyarakat tidak tertuju pada kebutuhan sekolah anak.
Upaya promosi dan diskon memang telah digencarkan oleh pihak hotel, namun belum memberi hasil optimal. Dari total hotel di Kulon Progo, hanya lima yang berstatus hotel berbintang.
“Saat libur sekolah, hotel bukan pilihan utama masyarakat untuk menginap,” ujar Sumantoyo.
Ia juga menyinggung kehadiran Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) yang disebut-sebut menjadi pemicu peningkatan pariwisata Kulon Progo.
Namun, faktanya kehadiran bandara tersebut belum berdampak signifikan terhadap tingkat hunian hotel di wilayah ini.