MATA INDONESIA, JAKARTA – Partai Ummat yang dideklarasikan pada Kamis 29 April 2021 lalu dinilai belum tentu bisa menarik suara masyarakat. Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia Islah Bahrawi menegaskan bahwa hal ini tidak lepas dari semakin banyaknya partai berbasis Islam di Indonesia.
“Untuk daya tarik masyarakat justru akan semakin membingungkan, yang akhirnya partisipasi politik masyarakat akan berkurang, karena akan dibenturkan kebingunan dan ambiguitas atau malah melambungkan suara bagi parpol berhaluan nasionalis,” kata Islah kepada Mata Indonesia News, Selasa 4 Mei 2021.
Menurutnya, dengan munculnya banyak partai berbasis agama bisa memicu adanya konflik kepentingan. Hal ini dinilai bisa merugikan yang berimbas pada faktor elektoral.
“Nanti ada Masyumi Reborn, belum ada Gelora juga, ada partai Ummat, belum yang sudah ada kayak PPP, PKS, PKB, PAN, ini makanya kemudian jadi pertarungan sendiri dalam pertarungan besar gitu,ini ada perang kecil di tengah perang besar,” kata Islah.
Hal serupa juga dikemukakan oleh Ketua DPD PAN Kota Yogyakarta, Arif Noor Hartanto. Ia menegaskan bahwa Partai Ummat belum tentu bisa memberikan pengaruh besar dalam pemilu.
“Setiap bentuk Parpol apapun yang berdiri, tentu saja , kami menjadikannya sebagai ancaman. Berbeda dengan Ormas, ya. Tapi, kami realistis bahwa partai baru belum tentu mampu jadi peserta Pemilu,” kata Arif.
Ia juga menambahkan bahwa untuk menjadi peserta pemilu tidak mudah. Terdapat proses yang harus dipenuhi.
“Untuk jadi peserta pemilu kan tidak sederhana, ada proses-proses yang harus dipenuhi, itu tidak mudah. Sementara, PAN sudah punya pengalaman sejak 1998, tidak ganti nama, dan terus jadi peserta Pemilu sampai 2019,” kata Arif.