MATA INDONESIA, INTERNASIONAL – Senator dari Partai Republik Amerika Serikat (AS), Lindsey Graham mengatakan bahwa Iran telah menjadi tempat berlindung bagi kelompok teroris al-Qaeda. Dan rezim al-Qaeda merupakan arsitek dari serangan 11 September 2001 di AS
“Rezim Iran merupakan negara sponsor terorisme terbesar dan mereka telah menjadi tempat berlindung yang aman bagi al-Qaeda, arsitek 9/11,” tulis Graham di akun Twitter, melansir English al Arabiya, Rabu, 13 Januari 2021.
Pernyataan sang Senator merupakan respons atas pengumuman Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo yang mengatakan bahwa kelompok teroris al-Qaeda mendirikan pangkalan di Iran. Namun seperti sang Presiden Donald Trump, Pompeo pun tak memberikan bukti konkrit terkait statement-nya.
The New York Times melaporkan pada November, Abu Muhammad al-Masri dari al-Qaeda yang dituduh membantu mendalangi pemboman tahun 1998 di kedutaan besar AS di Afrika, ditembak mati oleh operasi Israel di Iran. Akan tetapi, Teheran membantah kabar tersebut, dengan mengatakan tidak ada teroris al-Qaeda di wilayahnya.
“Teheran memberikan perlindungan kepada para pemimpin senior kelompok teror saat mereka merencanakan serangan terhadap Amerika dan sekutu kami. Sejak 2015, Teheran telah mengizinkan sejumlah tokoh al-Qaeda di negara itu untuk secara bebas berkomunikasi dengan anggota al-Qaeda lainnya dan melakukan banyak hal,” tuturnya.
“Fungsi yang sebelumnya diarahkan dari Afghanistan dan Pakistan, termasuk otorisasi untuk serangan, propaganda, dan penggalangan dana. Poros Iran – al-Qaeda menjadi ancaman besar bagi keamanan negara dan tanah air Amerika sendiri, dan kami mengambil tindakan,” sambung Pompeo.
Sementara Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif mengatakan, tuduhan Pompeo adalah kebohongan hangat. Ia juga menegaskan bahwa tidak ada teroris dalam serangan 11 September yang berasal dari Iran.
“Dengan klaim deklasifikasi Iran dan al-Qaeda fiktif, Pompeo secara menyedihkan mengakhiri kariernya yang membawa bencana dengan lebih banyak kebohongan yang menghangatkan hati,” kata Zarif dalam akun Twitter-nya.
Sebelumnya, mantan Presiden AS, George Walker Bush, mengenai hubungan Iran dengan serangan al-Qaeda pada 11 September 2001, telah didiskreditkan. Akan tetapi, laporan tersebut muncul selama sekian tahun mengenai operasi al-Qaeda yang bersembunyi di Iran.
“Meskipun tidak mengherankan, masih mengejutkan bahwa rezim Iran terus menawarkan perlindungan bagi para anggota dan pemimpin al-Qaeda. Mereka yang percaya JCPOA (Pakta Nuklir Iran 2015) akan membawa perubahan di Iran sangatlah naïf,” sambungnya.
Ketegangan antara Washington dan Teheran, yang telah meningkat sejak 2018 ketika Trump secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran 2015, mencapai puncak bersejarah Januari tahun lalu, di mana AS membunuh Komandan Pasukan Quds Iran, Qassem Soleimani.
Meski sempat berambisi membalas dendam terhadap Washington, Iran mengisyaratkan pihaknya akan berhubungan baik dengan Presiden AS terpilih, Joe Biden. Hal tersebut dilakukan demi sanksi yang melumpuhkan sektor ekonomi mereka dicabut.
Bak gayung bersambut, Biden juga memberi isyarat kesediaan untuk kembali berdiplomasi dengan Teheran.
“Saya berharap pemerintahan Biden akan memahami sifat sebenarnya dari rezim Iran, sebelum AS terlibat dengan mereka untuk yang kedua kalinya,” tuntas Graham.