MATA INDONESIA, JAYAPURA – Rumah belajar Papua (RBP) awal tahun ini mengeluarkan hasil penelitian mereka selama 2020-2021. Temanya tentang Remaja dan Perilaku bermedia sosial di Papua.
Hal menarik lainnya adalah ada semacam pengelompokan kecenderungan. Remaja usia 10-12 tahun cenderung lebih aktif di tiktok. Dan hanya 10 persen saja yang aktif di facebook.
Usia 12-15 tahun mereka sudah memiliki instagram, akun WhatsApp dan tetap aktif di tiktok. Sedangkan usia 16-18 tahun mereka sudah punya facebook, WhatsApp secara mandiri. Dan kelompok usia 19-21 tahun memiliki tiga akun media sosial (tiktok, instagram, facebook).
“Mereka juga memiliki akun game online, akun sosial messenger (WA, telegram, messenger) dan menonton youtube. Mereka juga memiliki perangkat sendiri, password sendiri , walaupun mereka masih bergantung pada orang tua untuk membeli pulsa dan perangkat,” ujar Yayan Sopyan.
Sementara untuk isu, yang paling diminati adalah olahraga, teknologi, seni budaya, dan kemanusiaan misalnya bencana alam. Sedangkan untuk urusan politik, korupsi, kesehatan dan keamanan tidak begitu banyak peminatnya karena terlalu serius. Dan tidak bisa menjadi bahan pembicaraan dengan teman sebaya.
Untuk device dan perangkat kebanyakan adalah smartphone. ”Hampir semuanya dari hadiah orang tua, kakak, saudara,” kata Yayan.
Sekretaris Eksekutif Rumah Belajar Papua, Dian Wasaraka menjelaskan hasil penelitian ini mengungkapkan tingginya intensitas remaja dalam 6-8 jam perhari ternyata tidak berbarengan dengan kesadaran dan pengetahuan soal internet yang aman.
Kebanyakan dari mereka, melakukannya untuk tetap terhubung dengan teman dan kelompok rujukan atau influencer. Sisanya 2-3 jam mereka gunakan untuk mengerjakan tugas sekolah, berkomunikasi dengan guru dan belajar online.
”Sangat sedikit yang menggunakannya untuk kegiatan produktif seperti bisnis, membangun portofolio digital atau mengikuti kegiatan online positive,” katanya.