Mata Indonesia, Yogyakarta – Politisi Ade Armando dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) tengah menjadi sorotan setelah membahas isu politik dinasti di DIY. Bukan tanpa alasan, pernyataannya membandingkan tuduhan terhadap Keluarga Joko Widodo yang dianggap membangun dinasti politik dengan majunya Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden menyulut emosi warga Jogja.
Lalu, bagaimana kontroversi ini memengaruhi perolehan suara PSI di DIY untuk Pemilu 2024 mendatang?. Menanggapi itu, ahli politik Arya Budi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) mengakui bahwa akan ada dampak elektoral.
“Ada efek elektoral jika, misalnya, disurvei sekarang, pasti akan berdampak. Terutama karena cukup banyak masyarakat yang benar-benar terganggu oleh pernyataan itu,” kata Arya, Selasa 19 Desember 2023.
Berdasarkan penelitian sebelumnya tentang Obedient Liberals di Jogja, 75 persen penduduk kota setuju dengan konsep pemerintahan saat ini. Oleh karena itu, status istimewa Yogyakarta bukan hanya konsensus politik di antara elite DPRD, Keraton, atau elite pemerintahan. Menurut Arya, data membuktikan bahwa warga DIY di akar rumput juga sebagian besar setuju dengan konsep tersebut.
“Jadi, berdasarkan data itu, jika ada tokoh atau elite politik atau, misalnya, aktivis media sosial seperti Ade Armando yang berbicara konfrontatif tentang preferensi politik di Jogja, itu pasti akan memiliki efek elektoral,” jelasnya.
“Secara umum, efek elektoral terjadi karena preferensi politik masyarakat terhadap status istimewa Jogja memang seperti itu,” tambahnya.
Selain itu, Ade Armando bukan hanya dikenal sebagai penggiat media sosial tetapi juga telah diakui sebagai politisi PSI. Oleh karena itu, sulit untuk melepaskan pernyataan Ade Armando dari statusnya sebagai politisi PSI, meskipun dia sudah meminta maaf.
Meskipun efek elektoral tidak dapat disangkal, perhatian Arya terfokus pada sejauh mana dampaknya, dan ia menduga efek dari pernyataan Ade Armando tidak akan terlalu signifikan.
“Prediksi saya tidak terlalu tinggi (dampaknya) karena PSI sendiri sejak awal tidak begitu kuat. Jadi, jika melihat data pemilu sebelumnya, mereka tidak lolos batas ambang 4 persen. Angkanya berkisar antara 1 hingga 3 persen, bahkan dalam data survei, angkanya dari 0,0 hingga maksimal 2 persen,” klarifikasinya.
“Berdasarkan basis elektoral yang lemah, saya pikir dampaknya mungkin sedang, bukan ringan juga atau nol, tapi sedang,” tambahnya.
Arya menyarankan bahwa dengan periode kampanye yang masih panjang, PSI dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk memperbaiki diri dan menyajikan citra politik yang lebih berbeda. Hal ini dapat dilakukan baik oleh Ketua Umum Kaesang Pangarep maupun politisi PSI lainnya.
Menurutnya, PSI sudah memiliki langkah-langkah mitigasi elektoral untuk menanggulangi dampak pernyataan Ade Armando, yang akan digunakan dalam sisa masa kampanye.