Ada Penolakan SKB 3 Menteri, Negara Harus Hadir

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Wali Kota Pariaman Genius Umar tidak sepakat dengan Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri terkait aturan penggunaan seragam sekolah. Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia Islah Bahrawi menegaskan bahwa negara harus hadir dalam hal ini.

“Harus ada kehadiran negara, harus ada kementerian dalam negeri yang terlibat di dalamnya dan memberikan teguran dengan alasan ketidakpatuhan dari pusat,” kata Islah kepada Mata Indonesia News, Jumat 19 Februari 2021.

Islah juga menegaskan bahwa fenomena ini merupakan wujud dari politisasi agama yang terus merebak sehingga nasionalisme semakin terkikis.

“Ini wujud dan imbas dari kejelekan ketika politisasi agama itu merebak sehingga pemikiran kebangsaan semakin tergerus dan semakin menipis dari hari ke hari,” kata Islah.

Penolakan dari Wali Kota Pariaman ini, sudah mendapat respon dari Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kemendagri Akmal Malik. Ia menegaskan bahwa pihaknya telah memberi teguran kepada Genius Umar.

“Kami menegur yang bersangkutan,” kata Akmal Malik.

Selain teguran, Akmal juga tidak menutup kemungkinan akan memberikan sanksi kepada Wali Kota Pariaman. Maka ia mengingatkan supaya kepala daerah mentaati seluruh perundang-undangan termasuk SKB.

Selain Kemendagri, DPR juga memberikan respon terhadap penolakan dari Wali Kota Pariaman. Wakil Ketua Komisi II DPR RI Junimart Girsang mendesak Mendagri untuk mengambil sikap atas hal tersebut.

“Mendagri harus betul-betul cerdas juga menyikapi ini. Ada baiknya melakukan sosialisasi atau edukasi yang sifatnya edukatif. Nah kalau tidak juga ya sudah. Mendagri dengan segala kewenangannya bisa mengambil sikap,” kata Junimart.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat jadi Tonggak Pemerataan Pendidikan

Oleh: Didin Waluyo)* Komitmen pemerintahan Prabowo Subianto dalam mewujudkan akses pendidikanyang lebih merata terlihat semakin nyata. Pemerintah akhirnya menetapkanDesember 2025 sebagai titik awal pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat.  Langkah ini dipandang sebagai dorongan baru untuk menegaskan bahwapendidikan tidak boleh menjadi hak istimewa bagi segelintir kelompok saja.Pembangunan ini juga menjadi sinyal kuat bahwa negara mulai menempatkankualitas dan aksesibilitas pendidikan sebagai prioritas utama.  Pembangunan infrastruktur ini masuk dalam pembangunan tahap II yang dilakukandi 104 lokasi di seluruh Indonesia. Dengan memulai proyek pada akhir 2025, pemerintah ingin memastikan bahwa percepatan pembangunan dapat segeradirasakan oleh masyarakat luas. Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengatakan, Pembangunan Sekolah Rakyat Adalah bentuk nyata komitmen pemerintah untuk membangunsumber daya manusia yang unggul. Ia menjelaskan bahwa Pembangunan tahap II dilakukan guna memperluas akses Pendidikan berkualitas bagi anak-anak darikeluarga kurang mampu.  Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian PU, total anggaran yang dialokasikan untuk percepatan pembangunan Sekolah Rakyat ini sebsar Rp20 triliun, yang mana biaya pembangunan diperkirakan Rp200 miliar per sekolah. Sementara itu 104 lokasi yang tersebar antara lain, 27 lokasi di Sumatera, 40 lokasidi Jawa, 12 lokasi di Kalimantan,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini