Warisan Syekh Yusuf di Afrika Selatan, Ada Praktek Agama dan Ritual dari Banten

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Sejarah Islam di Cape Town, di sisi selatan Provinsi Western Cape, Afrika Selatan sangat menarik untuk disimak. Apalagi, terdapat beberapa makam atau karamat dan masjid yang ada di sana.

Penduduk yang menetap di sana berasal dari bermacam-macam suku, keturunan dan agama. Salah satu keturunan tersebut adalah keturunan Melayu yang berjumlah sekitar 600 ribu jiwa dimana sebagian besar dari mereka mengaku bernenek moyang dari Indonesia.

Agama Islam pertama kali masuk di kota ini pada pertengahan 1600-1700 melalui para politikus maupun ulama yang dibuang oleh Belanda dari Indonesia dan Malaysia. Salah satunya adalah Syekh Yusuf dari Bugis/Makasar yang diasingkan oleh Belanda pada tahun 1693.

BACA JUGA: Harla Syekh Yusuf, Jejak Juang Sang Putra Sulawesi Menuju Afrika

Syekh Yusuf dianggap sebagai Bapak Komunitas Muslim dan Bapak Budaya Melayu dari Indonesia oleh penduduk muslim di Western Cape. Berkat Yusuf dan para pengikutnya, sebagian warga Afrika Selatan beralih menganut Islam.

Menurut catatan Jurnal Boorhaanol Islam, di Semenanjung Cape terdapat sekitar 320.741 penduduk muslim. Sedangkan untuk keseluruhan Afrika Selatan jumlah penduduk muslim diperkirakan berjumlah 687.377 jiwa.

Jumlah masjid yang ada di semenanjung ini mencapai sekitar 125 masjid. Jumlah yang cukup signifikan bila melihat bahwa Afrika Selatan adalah bukan negara mayoritas Islam.

Diketahui penduduk Afrika Selatan yang ada di sana kawin-mawin dan beranak-pinak, hingga terbentuklah komunitas Melayu di Cape Town yang kini menjadi ibukota Provinsi Western Cape. Bekas area pengasingan Yusuf di Cape Town kemudian menjadi kota kecil bernama Macassar.

Tak hanya itu, di kota seluas 28.85 km2 ini pun terdapat nama-nama jalan bernuansa Melayu, seperti Macassar Road, Kramat Road, atau Sheikh Yusuf Road. Nama Syekh Yusuf Al-Makasari pun sangat membekas bagi warga Afrika Selatan.

BACA JUGA: Haul 320 Tahun Syekh Yusuf, Perjuangan dari Indonesia Hingga Afrika

Hingga kini beberapa kegiatan ritual dan tradisi keagamaan yang berasal dari tanah Melayu masih terus dipraktekkan seperti ratib (debus di Indonesia). Ritual ini berasal dari tanah Banten.

Kemudian, beberapa ritual dan praktek agama lainnya banyak menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa penamaan ritual itu seperti puasa, buka puasa, sembahyang, bang (adhan), abdas (wudhu). Kata-kata Bahasa Indonesia lain yang masuk dalam kosa kata lokal tapi tidak ada kaitannya dengan ritual antara lain jamban (wc), terima kasih, kuli, pisang dan roti.

Dalam catatan sejarah, Syekh Yusuf tumbuh dan besar di era kejayaan Kerajaan Gowa di bawah kepemimpinan Sultan Alauddin. Saat dewasa, Syekh Yusuf harus menghadapi kenyataan bahwa Kerajaan Gowa kalah perang melawan Belanda. Ia pun akhirnya hijrah ke Banten dan hidup di sana sekitar 20 tahun lamanya.

BACA JUGA: Mau Lulus Seleksi CPNS 2019? Coba Amalkan Doa Rasulullah SAW Ini

Di Banten, Yusuf karena kedalaman ilmu agamanya, ia mendapat kehormatan tinggi. Sultan Ageng Tirtayasa mengangkatnya sebagai mufti besar, dari situlah ia mendapat gelar Syekh Yusuf Al Bantani.

Tak hanya Banten, Syekh Yusuf juga melakukan perjalanan ke Serambi Mekkah dan berhaji ke Mekkah, sekaligus menimba ilmu dari ulama-ulama besar Timur Tengah.

Saat Sultan Ageng mengalami kekalahan melawan VOC pada 1682, Syekh Yusuf ditangkap dan diasingkan ke Sri Lanka pada 1984. Dalam pengasingan pertamanya di luar Nusantara, Syekh Yusuf masih aktif mendakwahkan Islam, bahkan memiliki ratusan murid yang kebanyakan berasal dari India Selatan.

Karena VOC menanggap Syekh Yusuf masih terus berkomunikasi dengan pengikut-pengikutnya di Nusantara, ia kembali diasingkan lebih jauh lagi ke Afrika Selatan pada Juli 1693. Lagi-lagi, dalam pengasingannya, Syekh Yusuf tak pernah kehilangan pengaruh, ia masih memiliki banyak pengikut di Afrika Selatan.

1 KOMENTAR

  1. artikel bagus tentang orang ” Melayu ” di Afrika Selatan, Di abad 17 dan 18 banyak orang nusantara dari pelbagai suku disingkir ke Tanjung Harapan di antara mereka ada tiga jenis atau katgori , bangsawan atau orang Belanda namakan mereka Orang Cayen ( orang Kaya), orang dipenjarakan di Cape atas pemberontak pemerintah VOC , dan orang budak dan juga Mardyckers , atau orang bebas.Pada waktu itu Tanjung Harapan ,masyarak hamba , bukan asli tetapi orang Beland ( VoC ) buat mereka hamba. yang pertama dari Indonesia yang darat di Cape Town ialah Shekh ab Rahman matebe syah ( Beliau Sultan yang terakhir dari Melacca , tangkap oleh Belanda di Sumatera Barat, deng dua bangsawan , syed Mahmud dan abdul Mutalip. ini belaku 1668 , dan di 1681 banyak orang Makassar diassing ke Cape Town dari Kesultanan Gowa Tallo selapas perjajian Bongaya si antara VOC dan Sultan Hasanudin, 1694 Sheich Yusuf Tajul Khalwati al Makassari dengan keluarga dan pengitnya dan ulama lain juga bangswan Makassar dan Banten, Jawa. selapas itu Raj Tambora , Sultan Nilaudin Abu Bashir selapas Belanda tuduhi atas cubaan bunuh Puteri Dompu di Sumbawa, beliau dari Sumbawa , banyak orang Cape dari keturunan Sumbawa, dan Ternate, Ambon, Bugis, Makassar ( orang Mangkasara) , orang Jawa, orang Batavia (melayu, ambon, makasar,bali ) , orang Melayu Palembang, Jambi, Bengkulu, Padang ( Minang) , Acheh, Melayu Medan , orang Nias, Timor, Malucco dan Melaka di Malaysia . Ini semua di arsip Cape Town.Bahasa Mereka Classical Malay dan juga dicari buku dalam bahasa Makassar dan Bugis dan Samawa.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Siap Amankan Natal dan Tahun Baru, GP Ansor Gunungkidul Siagakan 300 Anggota.

Mata Indonesia, Gunungkidul - Ketua PC Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kab. Gunungkidul, Gus H. Luthfi Kharis Mahfudz menyampaikan, dalam menjaga Toleransi antar umat beragama dan keamanan wilayah. GP Ansor Gunungkidul Siagakan 300 Anggota untuk Pengamanan Nataru di Berbagai Wilayah di Kab. Gunungkidul.
- Advertisement -

Baca berita yang ini