MATA INDONESIA, JAKARTA – Minggu, 17 Oktober 2021, Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Prabowo Subianto, merayakan hari ulang tahunnya yang ke-70 tahun.
Sejak kecil hingga remaja, Prabowo Subianto hidup berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain. Hal ini terjadi lantaran ayah Prabowo, Soemitro Djojohadikusumo, seorang guru besar bergelar profesor di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia sekaligus politisi dari Partai Sosialis Indonesia (PSI), bergabung bersama gerakan yang menentang kebijakan-kebijakan pemerintah di era Soekarno. Inilah yang membuatnya harus hidup berpindah-pindah, agar tidak tertangkap oleh pihak Soekarno yang terus mengintai.
Mengikuti sang ayah berpindah-pindah, membuat Prabowo Subianto bersikap ke barat-baratan dan cenderung arogan. Di usianya yang ke-15 pada tahun 1966, Prabowo menetap di London, Inggris bersama dengan ibu, satu kakak perempuannya, dan adik laki-laki bungsunya. Kakak sulung Prabowo, Biantiningsih, saat itu telah merantau untuk mengenyam pendidikan di Universitas Wisconsin, Amerika Serikat. Sementara ayahnya hanya mengunjungi mereka selama seminggu dalam enam bulan.
Tumbuh menjadi remaja yang tampan, membuat gadis-gadis di kampusnya naksir dan tergila-gila pada Prabowo Subianto. Bahkan seringkali perempuan-perempuan itu menelepon ke rumah keluarga Soemitro untuk berbincang dengan Prabowo. Namun Prabowo tidak terlalu menyukai keagresifan perempuan-perempuan itu, bahkan pernah membentak mereka untuk tidak mengganggunya lagi dengan telepon-telepon di rumahnya.
Kecerdasan Prabowo Subianto yang sangat menonjol membuatnya harus meloncat satu kelas di atasnya. Pada usia ke-16, Prabowo berhasil menamatkan pendidikannya di bangku sekolah di American School, London. Tamat dari sekolah, sebenarnya Prabowo sudah lulus di tiga Universitas terkemuka di Amerika Serikat, salah satunya Colorado University. Namun di tahun 1967 ia memilih untuk pulang ke Indonesia dan mengabdi sebagai tentara. Setibanya di Indonesia, Prabowo mengikuti Akademi Militer di Magelang
Lulus dari Akademi Militer, di tahun 1974 Prabowo Subianto mengawali karier militernya di TNI Angkatan Darat sebagai seorang Letnan Dua. Dari tahun 1976 – 1985, Prabowo bertugas di Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha), yakni pasukan khusus Angkatan Darat saat itu. Di tahun 1981 Prabowo berangkat ke Jerman Barat untuk berlatih di GSG-9, yakni unit satuan elite polisi antiteror kepolisian Federal Jerman.
Setelah kepulangannya dari Jerman Barat, mulailah kisah asmara Prabowo Subianto dengan putri Presiden Soeharto, Siti Hediati Harjadi atau Titiek Soeharto. Kebetulan, Titiek adalah salah satu mahasiswi yang dosennya adalah ayah Prabowo di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Hubungan Prabowo dengan Titiek nampaknya serius. Sebab saat itu Titiek sudah mengenal keluarga dan beberapa kali ikut Prabowo untuk menyambangi rumah Siti Katoemi Wirodihardjo, nenek Prabowo.
Restu kedua orangtuanya terhadap hubungan ini lancar. Keduanya kemudian melangsungkan pernikahan pada 8 Mei 1983. Mereka mempunyai seorang anak laki-laki bernama Ragowo Hediprasetyo atau Didit Prabowo.
Namun sayang, keduanya berpisah pada tahun 1998 karena masalah politik kedua orangtua. Orangtua Titiek, Presiden Soeharto sebagai kepala negara, sementara orangtua Prabowo, Soemitro sebagai cendikiawan terkemuka. Sebenarnya hubungan antara dua besan ini sudah merenggang sejak tahun 1995. Saat itu Soemitro beberapa kali mengkritik kebijakan pembangunan Soeharto, bahkan sampai menerima HR. Darsono yang tak lain adalah musuh politik Soeharto.
Puncaknya adalah pada 21 Mei 1998 saat peristiwa lengsernya Soeharto, keluarga Cendana marah. Mereka menganggap Prabowo Subianto sengaja menjatuhkan Soeharto dengan membiarkan para mahasiswa pada saat itu menduduki gedung MPR/DPR.
Reporter: Intan Nadhira Safitri