Teka Teki Atlantis, Benua Kedelapan atau Nusantara?

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA– Pernah mendengar Atlantis? Sebuah tempat legendaris yang mendorong banyak para peneliti untuk menemukan dimana lokasi tepat keberadaan Atlantis. Dikabarkan, Atlantis berada di Nusantara. Benarkah?

Dari teori yang pertama kali dicetuskan oleh seorang filsuf terkenal yaitu Plato dalam bukunya Timaeus dan Kritias. Karyanya yang kini kerap dijadikan dalam berbagai ilmu pengetahuan, salah satu karyanya, Plato mengisahkan bahwa ada di suatu masa sebuah negeri makmur dan indah bernama Atlantis.

Atlantis terkenal sebab Plato menggambarkannya sebagai pulau yang telah hilang pada 360 SM. Sejak saat itu banyak yang terobsesi untuk menemukannya. Hingga kini masih banyak Atlantologis yang terus berupaya membuktikan benar adanya.

Atlantis juga disebut-sebut sebagai benua kedelapan yang hilang misterius. Beberapa peneliti menunjuk wilayah sebelah selatan Benua Australia sebagai lokasi Atlantis.

Seorang ilmuwan asal Brasil bernama Arysio Nunes dos Santos yang melakukan penelitian selama 30 tahun menulis buku “Atlantis: The Lost Continent Finally Found, The Definitive Localization of Plato’s Lost Civilization”.

Ia membandingkan beberapa negara dengan ciri-ciri Atlantis. Dari aspek kekayaan alamnya, luas wilayah, cuaca, gunung berapi hingga pada cara bercocok tanam.

Santos pun menuliskan dalam bukunya terkait 30 ciri-ciri peradaban Atlantis yang ia temui di Indonesia. Seperti sistem irigasi, teknologi perkapalan, hingga beberapa artefak kuno yang identik dengan Atlantik.

Menurut kesimpulan Santos, ia menyatakan bahwa Indonesia merupakan Atlantis. Lebih spesifiknya, ia menunjukkan Pulau Natuna serta Kepulauan Riau yang terkenal sebagai kota dengan bayang-bayang misterius.

Kesimpulan dari Santos banyak menuai pernyataan tidak setuju dari para peneliti. Walau begitu, para ilmuwan sudah resmi sepakat bahwa terdapat benua yang tenggelam di Indonesia, dengan nama Sundaland.

Benua yang tenggelam itu dipastikan berada di wilayah laut dangkal antara provinsi Sumatera dan Kalimantan. Namun, dikarenakan letusan gunung berapi yang bersamaan dengan gempa dahsyat di Sundaland. Kejadian itu juga dibarengi dengan mencairnya kutub utara dan selatan yang menyebabkan banjir luar biasa.

Seorang penggiat dari Indonesia yang berupaya mencari kebenaran akan keberadaan Atlantis di Indonesia, Ahmad Yanuana Sumantho, menemukan sesuatu yang disebutnya sebagai bukti baru di tahun 2018.

Beberapa tahun terakhir yang lalu bersamaan dengan boomingnya film Aquaman, ditemukan bukti berupa pusaka berbahan baku logam meteoroid yang berbeda dengan keris, Pusaka lainnya berupa pedang, cincin, mahkota, dengan jumlah puluhan.

Sumantho meyakini bahwa itu murni berbahan meteoroid. Hal itu dibuktikan dengan meneliti ke pusat pembuatan keris di Madura. Para empu keris di Madura ternyata tidak sanggup untuk membuat pusaka dengan model dan bahan yang sama. Dikarenakan sulit dengan teknologi yang belum bisa menghasilkan bahan sebagus itu.

Dilansir dari lipi.go.id, para peneliti lainnya yang berada di Amerika Serikat juga menyatakan bahwa Atlantis adalah Indonesia. Diyakini, benua ini berada di wilayah Sumatera, Jawa, dan Kalimantan sekitar 11.600 tahun silam dan akhirnya tenggelam seiring terjangan banjir besar di zaman es.

Prof Umar Anggara Jenny mengungkapkan dalam beberapa dekade terakhir, banyak diperoleh penemuan penting soal penyebaran serta asal usul manusia seputar Atlantik. Salah satu temuan penting ini merupakan hipotesa adanya sebuah pulau besar di Laut Cina Selatan yang tenggelam setelah banjir besar di zaman es.

Salah satu pulau penting yang tersisa dari benua Atlantis seperti yang dikatakan dalam buku Santos, yakni Pulau Natuna dan Kepulauan Riau yang berdasarkan dari kajian biomolekuler, penduduk asli Natuna diketahui memiliki gen yang mirip dengan bangsa Austronesia tertua.

Banyak yang meyakini bahwa Bangsa Austronesia memiliki tingkat kebudayaan tinggi seperti dalam bayangan terkait bangsa Atlantis yang disebut-sebut dalam teori Plato.

Terdapat salah satu teori lainnya menurut Harry Truman yang mengungkapkan, penutur bahasa Austronesia berasal dari Sundaland yang akhirnya tenggelam pada akhir zaman es.

Populasi yang sudah maju menjadi proto-Austronesia, menyebar luas ke Asia daratan sampai ke Mesopotamia yang akhirnya memengaruhi penduduk lokal dan mengembahkan peradabannya. Namun, hal ini terus dibuktikan kebenarannya yang masih diperdebatkan.

Reporter : Irania Zulia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Siap Amankan Natal dan Tahun Baru, GP Ansor Gunungkidul Siagakan 300 Anggota.

Mata Indonesia, Gunungkidul - Ketua PC Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kab. Gunungkidul, Gus H. Luthfi Kharis Mahfudz menyampaikan, dalam menjaga Toleransi antar umat beragama dan keamanan wilayah. GP Ansor Gunungkidul Siagakan 300 Anggota untuk Pengamanan Nataru di Berbagai Wilayah di Kab. Gunungkidul.
- Advertisement -

Baca berita yang ini