Stanislaus Tijab, Maestro Penulis Ribuan Cerita “Tutur Tinular”

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Generasi 80-an pasti tidak asing lagi dengan cerita berseri “Tutur Tinular” karena saat itu mereka masih sering mendengarkan radio. Cerita itu bahkan masih bertahan hingga 2011 namun dalam bentuk serial televisi.

Tutur Tinular menjadi sandiwara radio yang sangat legendaris setelah disiarkan 1 Januari 1989 dan dipancarluaskan lebih dari 512 pemancar stasiun radio di seluruh Indonesia, yang tergabung dalam Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI).

Sandiwara itu hampir setiap hari ratusan stasiun radio siaran tersebut memutar sandiwara yang memopulerkan nama tokohnya Arya Kamandanu.

Di balik ribuan seri “Tutur Tinular” adalah seorang penulis bernama Stanislaus Tijab yang lahir di Surakarta 14 Mei 1946.

Kisah itu menyeritakan perjalanan hidup dan pencarian jati diri seorang pendekar berjiwa ksatria bernama Arya Kamandanu akan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.

Kisahnya berlatar belakang sejarah runtuhnya Kerajaan Singhasari dan berdirinya Kerajaan Majapahit.

Namun, bukan hanya “Tutur Tinular,” goresan tangan S. Tijab soal cerita “Mahkota Mayangkara” juga sangat digemari masyarakat saat itu.

Tidak banyak aktivitas harian seorang S. Tijab selain menulis cerita sandiwara baik untuk disiarkan radio maupun ditayangkan televisi.

Keunggulan Tijab dalam menulis sandiwara radio adalah dialog-dialognya yang benar-benar hidup sehingga bisa membawa pendengarnya masuk ke dalam latar belakang zaman cerita itu. Kepiawaiannya membuat naskah sandiwara radi membuatnya sempat dijuluki maestro penulis sandiwara radio.

Tijab meninggal dunia 1 Maret 2019 di Depok, Jawa Barat setelah menderita penyakit kanker rektum.

Sandiwara_Radio_Tutur_Tinular. (wikipedia)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Perjuangkan Kesejahteraan Buruh dan Petani, Dani Eko Wiyono Siap Maju Calon Bupati Sleman Melalui Jalur Independen

Mata Indonesia, Sleman - Alumni aktivis 98 sekaligus aktivis yang selalu menyuarakan aspirasi buruh/pekerja Daerah Istimewa Yogyakarta, Dani Eko Wiyono ST. MT ini bertekad maju bakal calon bupati Sleman dalam Pilkada Sleman nanti. Dani menilai, hingga saat ini, mayoritas kehidupan buruh masih sangat jauh dari kata sejahtera. Buruh masih dianggap hanya sebagai tulang punggung ekonomi bangsa tanpa diperjuangkan nasib hidupnya.
- Advertisement -

Baca berita yang ini