Sri Lanka Negeri Para Raksasa yang Babak Belur karena Konflik SARA

Baca Juga

MATA INDONESIA, KOLOMBO – Sailan adalah sebuah pulau yang luasnya kurang lebih 65 ribu kilo meter persegi. Terletak di sebelah selatan daratan India. Letaknya berada di Samudera Hindia, menyebabkan negara ini terkenal sebagai Jewel of Hindia Oceans. Sailan (Ceylon) sekarang adalah Republik Sosialis Demokratik Sri Lanka.

Setelah penjajahan Portugis sejak 1505 sampai 1658, kemudian oleh Belanda mulai 1658 sampai 1796, daerah ini menjadi daerah pembuangan tokoh politik negeri jajahan. Setelah itu Inggris menguasai Sailan, sampai akhirnya berstatus dominion pada 1948 dan menjadi republik pada 1972.

Ribuan tahun lalu, negara ini sebenarnya sudah ada dalam kisah epik Ramayana. Dalam kisah itu ada cerita sebuah negeri yang pemimpinnya adalah raja raksasa bernama Rahwana. Nama kerajaan ini disebut Alengka (atau Lanka).

Letak negeri ini dalam kisah epik ini membuat dengan mudah mengasosiasikannya sebagai Sri Lanka. Kerajaan Alengka terkenal sebagai kerajaan yang sangat makmur dan kaya. Karena banyak bangunan yang terbuat dari emas. Bahkan di zaman Raja Rahwana, dia membuat penduduknya begitu sejahtera.

Rahwana adalah sosok setengah brahmana. Ayahnya seorang resi, namun juga raksasa karena ibunya berasal dari dunia atas. Walaupun Rahwana pemuja Brahma pada saat muda, dan menjadi pemuja Siwa setelah menjadi raja, ternyata kehidupan religiusnya tidak membawanya menjadi baik. Keserakahan melanda hatinya.

Walau telah memiliki istri banyak, dia tetap berkeinginan mempersunting Dewi Sinta yang terkenal cantik jelita. Ia pun menculiknya dan membawanya ke Alenka. Hal ini mengantarkannya peperangan dengan Sri Rama. Rahwana akhirnya mati karena keserakahannya.

Sailan

Alengka dengan segala kemegahannya kemudian berevolusi menjadi Sailan. Tanah yang subur dan kaya dengan kekayaan alam membuat banyak negara kolonial memperebutkannya.

Walau tidak seberapa luas, Sri Lanka memiliki banyak sumber air tawar berupa air terjun. Hal ini membuat pasokan irigasi dan pembangkit listrik terpenuhi.

Di pantai barat yang menghadap daratan India, terdapat banyak kota penting. Salah satunya adalah Kolombo. Ini adalah salah satu kota niaga dan pusat ekonomi di sana. Setelah ibukota tidak lagi di Kolombo, maka pusat pemerintahan pindah ke sebuah wilayah di perbatasan Colombo yang bernama Sri Jayawardenapura Kotte. Salah satu kota di pantai barat tersebut yang cukup terkenal adalah Negombo.

Kota ini menjadi tempat wisata yang ramai. Lokasinya menghadap ke selat Mannar, yang memisahkan India dan Sri Lanka. Letaknya berada di sebelah utara Kolombo. Selain dekat dengan bandar udara Bandaranaike, di kota ini banyak terdapat situs-situs yang menarik.

Negara ini mayoritas penganut Buddha. Meski ada juga Hindu dan Muslim. Nah, di Negombo, warganya mayoritas penganut Katolik Roma. Ini terlihat dengan banyaknya gereja Katolik dan patung orang-orang suci di seluruh sudut kota, bahkan di gerbang gang-gang kecil.

Di setiap pasar penjualan ikan ataupun persimpangan jalan, hampir selalu terdapat patung orang kudus. Dalam tradisi gereja di Asia Selatan, pada abad pertama masehi, Rasul Tomas sudah menjamah daerah ini. Hal ini berlanjut oleh Gereja Persia pada abad ke-6 sampai ke Sri Lanka. Mereka bermukim di pesisir pantai pulau ini. Namun peningkatan populasi Kristen terjadi setelah pendudukan Portugis yang membawa Katolik Roma.

Perang Etnis

Mayoritas penduduk di Sri Lanka adalah etnik Sinhala (74,9 persen). Kemudian Tamil (11,2 persen), Moor (9,2 persen), India Tamil (4,2 persen), dan lainnya (0,5 persen). Sayangnya, keragaman penduduk itu juga menjadi bara dalam sekam.

Sri Lanka menyimpan rentetan konflik etnik dan agama sehingga mengakibatkan perang saudara. Kelompok Macan Tamil melawan pemerintah yang berlangsung sejak 1983 dan baru berakhir 2009. Tragisnya, banyak orang Tamil yang nekad meledakkan diri di tempat-tempat publik strategis seperti bandara, stasiun, bus, bank, hingga kafe. Kelompok Tamil ini dominasi Sinhala yang mengusai pemerintahan.

Sejak merdeka, Sri Lanka terlibat dalam konflik etnik antara mayoritas Sinhala dan minoritas Tamil. Council on Foreign Relations menyebut, sejak awal kemerdekaan, warga Sinhala mewarisi kebencian kolonial terhadap Tamil yang sejak masa penjajahan menjadi warga kelas satu.

Saat Sri Lanka merdeka, kelompok Sinhala yang mayoritas pun membalas dendam dengan cara mencabut hak pekerja buruh Tamil dari India. Kelompok ini juga menjadikan bahasa Sinhala sebagai bahasa resmi negara menggantikan bahasa Inggris. Dan Buddha menjadi agama negara. Pihak Tamil pun kecewa dan merasa ada diskriminasi.

Tak hanya itu. Pemerintahan Sinhala mengubah nama negara dari Ceylon ke Sri Lanka pada 1972. Mereka juga tak mau merangkul kelompok Tamil. Hal ini membuat ketegangan etnik terus terpupuk. Pada 1976 sekelompok orang Tamil akhirnya membentuk organisasi Pembebasan Macan Tamil Eelam atau akrab sebutannya Macan Tamil.

Sejak itu perang saudara mulai. Kelompok Tamil mengampanyekan kemerdekaan Tanah Air Tamil di Sri Lanka utara dan timur tempat mayoritas etnis Tamil bermukim. Pada 1983, Pasukan Macan Tamil menyerang iring-iringan tentara Sri Lanka dan menewaskan 13 tentara. Aksi tersebut berbuntut sangat panjang karena menyulut amarah etnik Sinhala dan memicu kerusuhan.

Pemerintah dan warga Sinhala pun menyerang dan membantai 400 sampai 3.000 orang Tamil. Ratusan ribu lainnya terpaksa mengungsi. Peristiwa yang kemudian terkenal sebagai Juli Hitam ini sekaligus menandai awal dari meletusnya Perang Sipil Sri Lanka yang panjang dan melelahkan. Selama peperangan, Macan Tamil menjadi organisasi pembebasan paling radikal. Aksinya terkenal dengan bom bunuh diri, dan perekrutan tentara anak.

Warga diaspora Tamil yang sukses di luar negeri tak segan-segan mengelontorkan uang untuk membantu pasukan ini. Mereka rata-rata sukses menjadi pengusaha di India, Kanada dan Inggris.

Hal inilah yang membuat Amerika Serikat melabeli Macan Tamil sebagai organisasi teroris pada 1997. Resolusi gencatan senjata kerap gagal meredam kedua pihak yang bertikai. Terjangan Tsunami 2004 di Sri Lanka sempat membikin konflik keduanya terhenti. Namun pembunuhan Menteri Luar Negeri Sri Lanka, Lakshman Kadirgamar pada 2005 kembali menyulut konflik.

Selama dua tahun berikutnya, pemerintah Sri Lanka dan Macan Tamil berulang kali melanggar perjanjian gencatan senjata.

Organisasi pemantau HAM menyebut Macan Tamil dan pemerintah Sri Lanka sama-sama melakukan rangkaian pelanggaran HAM. Sampai akhirnya pada Mei 2009, pemerintah Sri Lanka mengklaim telah mengalahkan semua milisi Macan Tamil dan perang pun selesai.

Pemerintah Sri Lanka tak segan-segan mengeksekusi mati banyak anggota Macan Tamil, termasuk pemimpinnya. PBB memperkirakan pada puncak perang menjelang penumpasan total, sebanyak 40.000 warga sipil tewas. Jika total, selama perang berlangsung, prakiraannya lebih dari 100.000 orang tewas terbunuh.

Pascaperang, keluarga Tamil banyak yang kehilangan ribuan orang selama perang. Mereka pun berusaha merebut kembali tanah mereka dari tangan militer Sri Lanka. Layanan kesehatan sibuk mengatasi trauma luar biasa akibat tontonan dan pengalaman kekerasan selama beberapa dekade.

Pasca Perang Sipil Harapan rakyat Sri Lanka untuk bersatu dan hidup damai dalam keberagaman untuk sementara tinggal angan. Perang saudara usai. Giliran konflik agama yang mengambil alih wajah pertikaian di Sri Lanka.

Perang Agama

Pada 2012, dua biksu yaitu Kirama Wimalajoth Nayaka Thera dan Galagoda Aththe Gnanasaara membentuk ormas Bodu Bala Sena (BBS).

Misi mereka membela agama Buddha dan nasionalisme Sinhala di atas segalanya.

Mereka khawatir kelompok-kelompok minoritas, khususnya Islam, dapat meningkat secara jumlah dan pengaruh.

BBS terlibat dalam kerusuhan 2014 dengan Muslim Sri Lanka. Ketika itu, gerombolan BBS mendatangi desa-desa Muslim, menggeledah dan merusak rumah dan toko. Empat Muslim tewas dan puluhan orang lainnya terluka. Kerusuhan serupa terulang di Kota Ampara pada 26 Februari 2018, dan menyebar ke Distrik Kandy pada 2 Maret. Properti warga Muslim rusak dan hancur karena serangan BBS. Akhirnya Warga Muslim pun berbalik menyerang vihara-vihara Buddha dan warga Sinhala.

Kerusuhan ini menewaskan dua orang dan belasan luka-luka dari pihak Sinhala, Muslim dan Polisi. Dua kerusuhan peristiwa ini sebenarnya karena masalah pertikaian jalanan saja yang seharusnya selesai di tingkat kepolisian. Namun karena melibatkan dua pihak yang memendam sentimen membuat kerusuhan yang lebih luas tak terhindarkan. BBS juga rajin menggelar aksi demo turun ke jalan menentang perusakan beberapa situs-situs Buddha kabarnya dirusak kelompok Islam ekstrem. Mereka juga menolak sertifikasi halal. Menolak pendirian masjid di komplek situs Buddha Kuragala pada 2013.

BBS yakin bahwa Buddhisme di Sri Lanka dari hari ke hari semakin terancam. Tak cuma di dunia nyata, retorika anti-Muslim dan narasi ancaman Islam lainnya juga muncul lewat media sosial.

Pemerintah Sri Lanka sampai harus memblokir Facebook dan sejumlah media sosial lainnya saat kerusuhan anti-Muslim pecah di jalanan pada 2018. Minoritas Kristen pun juga tak luput dari gangguan kebebasan beragama. Laporan Aliansi Nasional Kristen Injili di Sri Lanka (NCEASL) pada 2018, mencatat ada 86 insiden diskriminasi, ancaman dan kekerasan terhadap orang Kristen Sri Lanka oleh BBS.

Tahun 2019 ada 26 insiden serupa termasuk insiden para biksu Buddha mengganggu pelaksanaan ibadah umat Kristen. Meski begitu, belum ada catatan yang menunjukkan serangan oleh kelompok Islam Sri Lanka. Sampai akhirnya terjadi teror bom di Minggu Paskah 2019.

Sri Lanka pun tak sepi dari aksi kekerasan. Negara Alengka para raksasa ini tak pernah mengalami kedamaian.

Reporter : Alyaa

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Bersinergi Menjaga Netralitas Pemilu Demi Pilkada yang Berkualitas

Jakarta - Netralitas aparatur sipil negara (ASN) menjadi perhatian utama dalam menjaga kualitas Pilkada Serentak 2024. Badan Pengawas Pemilu...
- Advertisement -

Baca berita yang ini