MATA INDONESIA, JAKARTA – Tak mudah meraih sukses. Butuh perjuangan dan usaha yang tak kenal lelah. Contohnya George Quek Meng Tong, warga Singapura yang sukses dengan waralaba toko roti Breadtalk.
George Quek sebenarnya bukan berasal dari kalangan keluarga kaya. Ayahnya seorang petani sayuran yang kemudian berganti haluan menjadi pelaut. Ia juga bukan anak pintar dan menonjol. Ia hanya seorang anak muda biasa yang cenderung pemalu.
Di usia 20 tahun, Quek mencoba masuk menjadi tentara. Lima tahun ia masuk dinas militer Singapura dengan pangkat Sersan Mayor menempa Quek menjadi seorang yang tangguh dan disiplin. Namun tetap saja, hidupnya biasa-biasa dan tak ada perkembangan sama sekali. Ia kemudian keluar dari militer kemudian memilih menjadi pengrajin kayu dan logam di Hong Kong. Ternyata hidupnya juga tidak berubah.
Ia kemudian memilih merantau ke Taiwan tahun 1982. Quek mencoba melanjutkan sekolah di Institut Seni di Taiwan. Untuk membayar sekolahnya, Quek menjual permen jenggot naga, sesuatu yang baru di Taiwan pada saat itu.
Saat itu Quek sudah menikah. Bersama istrinya Katherine Lee Lih Leng, mereka mendirikan kios yang menjual permen jenggot naga di pusat perbelanjaan utama di Taipei. Lagi-lagi bisnisnya tidak berkembang. Padahal ia sudah meminjam uang dari ayahnya cukup besar untuk memulai bisnis ini. Beruntungnya, Quek cukup tangguh. Ia mencoba mengganti strategi pemasaran permen jengot naga.
Strateginya lumayan berhasil. Permen jengot naganya laku keras. Ia kemudian meluaskan bisnisnya menjadi lima kios. Dari penjualan cemilan permen saja bisa menghasilkan pendapatan sebesar USD 240 ribu per bulan.
Tak hanya sampai di bisnis cemilan permen saja. Berangkat dari pengalamannya tinggal di Singapura, ia memutuskan untuk memperkenalkan hidangan jajanan khas Singapura, bak chor mee (mie babi cincang) ke pasar Taipei dengan rmodalkan USD 100 ribu.
Kedai kulinernya tersebut ia beri nama “Singa” yang merupakan potongan kalimat dari Singapura. Sayangnya, usaha kulinernya tersebut terpaksa tutup setelah tiga bulan bertahan karena bisnisnya tak berjalan mulus.
Jatuh bangun sebuah bisnis, sudah ia rasakan. Meski sempat terpuruk, Quek mencoba lagi berbisnis kuliner.
Kali ini, menu kulinernya mencakup sate, nasi ayam Hainan, dan mie udang. Plus adaptasi resep istrinya yang sesuai dengan selera Taiwan. Dan hasilnya, kedai kuliner “Singa” miliknya sukses.
Pada tahun 1992, Quek memutuskan untuk meninggalkan Taipei dan menjual bisnisnya. Padahal, semasa itu, bisnis kulinernya telah memiliki 21 outlet. Dia bersama istri kemudian pergi ke Shanghai. Di sana, bisnis cemilan es krim sebanyak tiga kios berdiri dan usahanya sukses selama sembilan bulan.
Pada tahun 1993, ia kembali ke Singapura setelah menghabiskan 11 tahun di Taiwan. Pria yang awalnya pemalu ini, mulai membuat gebrakan dengan membuka jaringan waralaba food court food Junction bersama relasinya yang ada di Taiwan. Food Junction tersebut menampilkan pilihan menu makanan yang baru pada saat itu.
Pada akhirnya, usaha food junction ini mampu menyebar hingga ke Johor Bahru dan Malaysia. Dari kesuksesannya itu, Quek mendapat julukan “Foodcourt King” oleh media di sana. Quek juga menjadi pemegang saham utama dari tujuh foodcourt Megabite di Shanghai dan satu di Beijing.
Memasuki tahun 2000, Quek mengundurkan diri sebagai direktur pengelola Food Junction. Ia kemudian meluncurkan BreadTalk. Dan ternyata inilah puncak kesuksesan Quek. Ia membangun toko roti ini berasal dari pengamatan Quek tentang toko roti berkualitas tinggi di Jepang dan Taiwan.
Grup BreadTalk terdaftar di Singapore Exchange pada tahun 2003. Di bawah kepemimpinannya, BreadTalk Group telah melakukan diversifikasi untuk memasukkan merek makanan dan minuman lain seperti Toast Box, Bread Society, The Icing Room dan Din Tai Fung, serta food court Food Republik.
Outlet pertama BreadTalk hadir di Bugis Junction, Singapura tepatnya pada 1 Juli 2000. Sedangkan di Indonesia outlet pertamanya berlokasi di Mall Kelapa Gading. Breadtalk Indonesia dikelola Johnny Andrean. Sekarang ini tercatat kurang lebih 190 outlet di Indonesia.
Reporter : Alyaa