MATA INDONESIA, JAKARTA – Musik Rock mulai masuk ke Indonesia pada dekade 1950-an saat demam Elvis Presley. Musik rock yang dibawakan Elvis sampai merambah ke seluruh penjuru dunia, yang kemudian disusul The Beatles dan Rolling Stones pada 1960-an dari Inggris.
Seperti dikutip Antara, Denny Sakrie dalam bukunya yang berjudul ‘100 Tahun Musik Indonesia’ menyebut anak-anak muda kaum menengah ke atas mengenal lagu-lagu rock lewat piringan hitam. Selain piringan hitam, lagu-lagu Chuck Berry, Carl Perkins, Bill Haley and His Comets dan Elvis Presley juga dapat didengar melalui siaran radio luar negeri seperti ABC Australia, Hilversum Belanda dan Voice of America.
Lagu-lagu rock yang ada saat tahun itu tak selalu lagu baru, para musisi tersebut kerap membawakan kembali lagu-lagu lama dengan kemasan yang bercorak rock n roll. Seperti lagu berirama keroncong, Bengawan Solo (1940) ciptaan Gesang, dinyanyikan kembali dengan irama rock n roll oleh Oslan diiringi Orkes Irama Cubana Teruna Ria pimpinan Z Arifin.
Awal musik rock di Indonesia diawali tahun 1960 ketika empat bersaudara Koeswoyo membentuk band bernama Koes Bersaudara. Band ini berubah nama menjadi Koes Plus salah satu personelnya Nomo Koeswoyo mengundurkan diri dan digantikan oleh Kasmury atau yang lebih kita kenal dengan Murry. Meski Koes Plus tidak menyebut bandnya beraliran rock, namun beberapa lagunya mengusung jenis musik ini. Sebut saja lagu Kelelawar.
Namun memasuki tahun 70 an, muncul sejumlah band yang menasbihkan dirinya sebagai band beraliran rock. Sebut saja misalnya God Bless, Gang Pegangsaan, Guruh Gypsy (Jakarta), Panbers (Medan), The Peels, The PRO’s (Jakarta) Giant Step, Shark Move Super Kid, The Gang Of Harry Roesli (Bandung), Terncem (Solo), AKA/SAS (Surabaya), Bentoel (Malang) hingga Rawe Rontek dari Banten. Mereka inilah generasi pertama musik rock Indonesia. Mereka juga dijuluki musisi rock underground.
Istilah ini digunakan Majalah Aktuil sejak awal era 70- an. Istilah tersebut digunakan untuk mengidentifikasi band-band yang memainkan musik keras dengan gaya yang lebih `liar’ dan `ekstrem’ untuk ukuran zamannya.
Walaupun pada kenyataannya, lagu-lagu yang dimainkan band-band tersebut (kecuali Giant Step dan Shark Move) bukanlah lagu karya mereka sendiri, melainkan milik repertoire band-band luar negeri macam Deep Purple, Jefferson Airplane, Black Sabbath, Genesis, Led Zeppelin, Kansas, Rolling Stones, Grand Funk Railroad, James Brown hingga ELP (Emerson, Lake and Palmer).
Tradisi yang kontra produktif berubah ketika muncul seorang promotor bernama Log Zhelebour. Ia menggelar Festival Musik Rock Indonesia. Sejumlah band lahir dari festival ini. Sebut saja misalnya Elpamas, Grass Rock (Malang), Power Metal (Surabaya), Adi Metal Rock (Solo), Val Halla (Medan), Rudal, Sahara (Bandung) hingga Roxx (Jakarta).
Tak hanya membuat festival, Log jugalah yang membidani lahirnya label rekaman rock yang pertama di Indonesia, Logiss Records. Produk pertama label ini adalah album ketiga God Bless, “Semut Hitam” yang dirilis tahun 1988 dan ludes hingga 400.000 kaset di seluruh Indonesia.
Di tahun 90 an, muncul Slank dan Edane. Album perdana Edane, The Beast (1992), dianggap jembatan rock Indonesia ke panggung global. Edane menjadi Barat lewat aransemen musik dan terutama sekali lirik. Tiga dari sembilan lagu di album The Beast liriknya berbahasa Inggris. Eet Syahranie, pentolan Edane, membenarkan ambisi global itu di majalah Hai, nomor 17 tahun XVI, 28 April 1992. “Kami memang ingin sekali didengar di seluruh dunia,” kata Eet. Menurutnya, Edane menggarap-membawakan lagu berbahasa Inggris bukan buat sok-sokan, “kami bisa merasa lebih bebas bersuara.” Untuk didengar dunia, rock Indonesia terpaksa berkompromi dengan bahasa global.
Slank menjadi fenomena karena hingga sekarang band ini masih bertahan dan tetap memainkan musik rock and roll. Pentolan Slank Bimo Sidharta alias Bimbim tetap mempertahankan genre musik rock and roll meski sempat berganti personel.
Selain dua band ini, muncul Gong 2000 yang justru lebih senang disebut bengkel musik ketimbang band. Beranggotakan tiga personel God Bless: Ian Antono, Achmad Albar, Donny Fattah, plus Yaya Karya dan Harry Anggoman. Mereka menggelar konser perdananya pada 26 Oktober 1991 di Parkir Timur Senayan. Majalah Hai, nomor edisi 5 November 1991, menyebut konser Gong 2000 sebagai “malam selamatan musik rock di Indonesia”.
Reporter: Fachmi Juniyanto, Tiara Sopyani