MATA INDONESIA, NEW YORK – Tragedi 11 September. Suara wanita itu terdengar panik. Hari itu, Minggu, 11 September 2001. Dua pesawat Boeing 767 milik maskapai American Airlines dan United Airlines menabrak menara kembar World Trade Center (WTC) di New York, AS. The New York Times mengungkap rekaman suara yang dirilis oleh investigator, menggambarkan detik demi detik kejadian yang oleh dunia kini disebut dengan tragedi 11 September atau nine-eleven (9/11).
Wanita itu bernama Betty Ong, pramugari American 11 dengan petugas penanganan krisis maskapai American Airlines:
Dari beberapa rekaman suara tragedi 11 September, terdapat rekaman percakapan radio antara petugas pengontrol udara atau air traffic controller (ATC) Boston dan pesawat American 11 yang hilang dari radar.
Pada pukul 08.34 pagi, menara pengawas Boston memerintahkan American 11 yang menerbangi rute Boston-Los Angeles untuk naik ke ketinggian 35.000 kaki.
“American 11, climb maintain level three five zero…”
Namun, tidak ada jawaban dari American 11. ATC berusaha untuk terus melakukan hubungan radio, tetapi American 11 sama sekali tidak merespons.
Tragedi 11 September berawal pada pukul 08.19. Sekitar 30 menit sebelum pesawat yang dibajak menabrak, pramugari American 11 bernama Betty Ong menelepon pusat reservasi maskapai dengan Airfone yang tersedia di pesawat.
Betty yang berbicara dengan agen reservasi, Nydia Gonzales mengatakan bahwa pilot dan kopilot di dalam kokpit tidak bisa dihubungi, ada dua awak kabin di kelas bisnis yang ditusuk, satu dalam kondisi kritis, dan satu lagi sudah tidak bernyawa.
Nydia kemudian menyampaikan informasi yang diterimanya kepada pusat kendali krisis American Airlines.
Petugas krisis American Airlines kemudian melakukan pelacakan dan profiling pesawat yang dibajak tersebut. Ternyata para pembajak sudah mematikan radar transponder pesawat.
Dengan transponder yang mati, petugas di darat tidak bisa melihat data ketinggian dan kecepatan pesawat. Mereka sadar bahwa pesawat sedang menurunkan ketinggian.
Rekaman Percakapan
Berikut adalah percakapan pramugari Betty Ong dengan petugas penanganan krisis maskapai American Airlines pada peristiwa tragedi 11 September:
“Saya pramugari nomor 3 di belakang, kokpit tidak menjawab, seseorang telah ditusuk di kelas bisnis, sepertinya kami sedang dibajak,” kata Betty.
“Anda berada di penerbangan yang mana,” tanya petugas American Airlines.
Betty menjawab, “Penerbangan 11.”
“Bisa dijelaskan siapa yang ada di kelas bisnis?” tanya petugas American Airlines kembali.
“Saya duduk di belakang, sebentar ada yang baru dari kelas bisnis. (Betty bertanya ke rekannya), ada yang tahu siapa menusuk siapa?”
“Aku tidak tahu, tapi Karen dan Bobby (purser dan pramugara) telah ditusuk,” ujar suara lain di belakang.
Betty berkata kepada petugas American Airlines, “(Awak kabin) nomor 1 kami, purser kami luka-luka, tidak tahu siapa yang menusuk, kami tidak berani ke depan. Awak kabin nomor 5 juga ditusuk. Kami tidak bisa masuk ke kokpit.”
“Mereka tidak menjaga agar kokpit steril?”
“Para pembajak ada di dalam sana. Mereka sepertinya mengganjal pintunya. Tidak ada yang bisa masuk atau menelepon kokpit,” kata Betty.
Belakangan diketahui dari rekaman audio yang beredar di YouTube bahwa kalimat terakhir yang dikatakan oleh Betty Ong lewat telepon sebelum pesawat menabrak adalah, “Pesawat kembali terbang tidak menentu.”
Tidak ada lagi rekaman suara dari Betty. Sepertinya mereka tidak sadar bahwa pesawat yang mereka tumpangi sedang mengarah ke salah satu menara gedung WTC. Nydia, petugas reservasi yang menjadi perantara Betty dengan pusat krisis American Arilines, tidak lagi mendengar suara Betty.
“Betty, bicara kepadaku… Betty, kamu masih di sana? Oke kami menunggu, saluran ini tetap terbuka… Kurasa kita kehilangan dia (komunikasi terputus),” kata Nydia.
Namun, Betty sempat memberikan informasi penting yang mengungkap jati diri pembajak. Betty memberikan informasi bahwa mereka adalah penumpang di kursi 2A dan 2B.
Pada pukul 08.24, pembajak American Airlines 11 dari daftar manifes bernama Mohammad Atta secara tidak sengaja melakukan kontak dengan ATC. Namun, sepertinya ia tidak menyadarinya.
Dari apa yang terdengar, Atta seolah ingin berkomunikasi dengan penumpang. Namun entah mengapa, ia menekan tombol yang salah justru membuat suaranya transmisi ke saluran radio ATC. “Kami menguasai pesawat, tetap tenang, dan kita akan baik-baik saja, kita akan kembali ke bandara,” kata Atta.
Petugas ATC Boston yang mendengar transmisi tersebut pun bertanya, “American 11, kalian baru saja memanggil?” Namun, saat itu petugas ATC tidak sadar bahwa yang berbicara adalah pembajak.
Suara Atta terdengar.
“Jangan ada yang bergerak, semua akan baik-baik saja. Jika ada yang bergerak, kalian akan mencelakakan diri kalian sendiri dan pesawat ini. Duduk diam saja.”
Petugas FAA menyadari bahwa itu adalah peristiwa pembajakan. Mereka langsung menghubungi komando pertahanan Amerika, NORAD. Dan mengabarkan peristiwa pembajakan telah terjadi di pesawat American 11.
FAA meminta NORAD untuk melepas (scramble) pesawat tempur F-16 untuk mengejar American 11 yang hilang dari radar. Namun, tanpa transponder yang menyala, NORAD kesulitan melacak keberadaan American 11. Pesawat ini hanya terdeteksi oleh radar primer, yang kedipannya hanya muncul di layar beberapa saat saja, tanpa informasi ketinggian, kecepatan, dan sebagainya. Kesalahpahaman sempat terjadi saat perwira di NORAD mendapat informasi tentang pembajakan itu. Dia mengira ini adalah latihan.
Pesawat United 175
Di tengah kekacauan rantai komunikasi dan komando tersebut, pada pukul 08.47 waktu setempat, bola api terlihat dari salah satu menara gedung WTC. ”Boston kehilangan kontak, frekuensi kami menunjukkan ada ancaman pembajak.”
“Konfirmasi, New York juga kehilangan kontak, dan kami mendapat sinyal ELT (sinyal yang dipancarkan black box pesawat jika ada benturan) di area tersebut.”
ELT atau emergency locator transmitter adalah pemancar sinyal dari kotak hitam pesawat, yang mengirimkan informasi lokasi saat mengalami benturan yang dahsyat.
Petugas ATC New York kemudian mendapat laporan dari petugas ATC di Bandara Kennedy bahwa mereka melihat bola api di gedung WTC. “Kalian serius? Itu area kami kehilangan jejak pesawat,” kata petugas ATC New York.
Pukul 09.01. FAA baru mendapat laporan bahwa ada pesawat kedua yang hilang, yaitu United 175. Boeing 767 milik United Airlines, rute Boston-Los Angeles. Pejabat FAA meminta keterlibatan militer dengan segera mengirim jet-jet tempur untuk mencari dan mencegah pesawat yang hilang.
Namun pada pukul 09.02, petugas menara pengawas terminal radar approach control (tracon) di New York melihat secara langsung obyek pesawat yang menabrak menara selatan gedung WTC.
“Hei, lihat ke luar jendela, lihat di ketinggian 4.000 kaki arah timur bandara.”
“Ya, aku lihat, ia turun dengan cepat… 4.500 kaki sekarang. Ia turun 800 kaki dengan begitu cepat.”
“Ada yang tahu tipe pesawatnya?”
Lalu ada suara di belakang yang mengatakan ada satu pesawat lagi yang menabrak gedung.
“Satu lagi menabrak kencang, satu pesawat lagi menabrak World Trade Center,” demikian suara itu.
Pukul 09.03 pagi, pesawat United 175 menabrak menara selatan WTC. Saat itulah jutaan warga New York yang menyaksikan siaran langsung gedung WTC menyadari bahwa itu adalah serangan.
Satu jam berikutnya, dua pesawat hilang. Mereka adalah B757 American Airlines nomor penerbangan 77 dan B757 United Airlines nomor penerbangan 93.
American 77 menabrak Markas Angkatan Bersenjata Amerika Serikat, Pentagon, pada pukul 09.38 pagi. Sementara United 93, berkat perlawanan heroik para penumpang, gagal menuju target. Pesawat tersebut jatuh di sebuah padang di Shanksville Pensylvania, sekitar 240 mil barat laut Washington.
Dugaan yang mencuat selama ini, target pembajak dalam penerbangan United 93 adalah Gedung Putih.
Amerika Serikat kini mengenang tragedi 9/11 dengan membangun sebuah monumen di ground zero bekas gedung WTC. Menara baru itu namanya World Trade Center.
Berikut rekaman saat pembajakan pesawat