MATA INDONESIA, KIEV – Bekerja diluar negeri merupakan hal baru bagi James. Ia mendapat bantuan dari penerjemah bernama Julia. Pekerja di salah satu badan amal yang tinggal di Inggris itu diminta temannya pada tahun 2015 untuk membantu mendirikan proyek yang mendukung anak-anak yang melarikan diri dari konflik timur Ukraina.
Selama beberapa bulan ia bolak-balik. Menjadi pekerja sukarela di Odessa dan bekerja penuh di Inggris. Kemudian di suatu musim dingin, hujan salju lebat membuat pekerjaan mereka di Odessa terhenti. Tidak banyak yang bisa dilakukan. Julia, si penerjemah menyarankan agar James pergi berkencan dengan salah satu temannya. Teman itu adalah Irina, 32 tahun, yang berasal dari Donetsk, salah satu kota di timur Ukraina yang kini diduduki oleh pemberontak yang didukung Rusia.
Keduanya punya perbedaan usia sekitar 20 tahun. James dan Irina punya hubungan yang sangat bergelora. Pasangan itu pergi kencan selama beberapa malam berturut-turut, menikmati kehidupan malam Odessa. James bersenang-senang dengan Irina, tetapi mereka tidak pernah sendirian. Sama dengan banyak adegan “kencan” Odessa, selalu ada penerjemah yang menemani. Dan, James harus merogoh kocek sebesar Rp 2,1 juta sehari untuk membayar Julia.

Irina hanya bisa sedikit bahasa Inggris dan James tidak bisa berbahasa Rusia atau Ukraina. “Agak aneh ada seseorang yang mengulangi apa yang dikatakan. Tapi ada getaran romantis di antara kami,” kata James.
Anehnya ketika mereka terpisah, komunikasi lebih mudah. Mereka saling menggoda melalui aplikasi perpesanan Viber, yang memiliki fungsi terjemahan.
Selama enam bulan berikutnya, pasangan ini bertemu setiap kali James datang ke Odessa. Mereka menghabiskan waktu dengan makan malam yang mahal dan menyaksikan Opera. Tapi tak ada keintiman bahkan ciuman pun, terlarang. Penerjemah Julia selalu ada. Dan Irina mengatakan kepadanya bahwa dia tidak mau melakukan seks sebelum menikah. ”Saya pikir itu standar moral yang sangat tinggi’,” kata James.
Delapan bulan sebelum melaksanakan resepsi pernikahan, pasangan ini menggelar pesta pertunangan di tempat yang sama, Villa Otrada. James mulai membayar Irina untuk les bahasa Inggris. Harapannya adalah bahwa itu akan membuka jalan baginya untuk pindah bersamanya ke Inggris. Namun setelah beberapa kali berbincang dengan pejabat kedutaan, hambatan birokrasi untuk pindah sangat besar. ”Proses itu akan memakan waktu beberapa tahun,” kata James.
Jadi dia akhirnya mengambil risiko. Demi cinta, James pindah ke Ukraina dan memulai hidup baru dengan Irina. Dia berhenti dari pekerjaannya dan menjual rumahnya. Mereka berdua mulai mencari tempat tinggal bersama di Odessa.
Mentransfer uang dari Inggris ke Ukraina bukan hal yang mudah. Ukraina adalah salah satu negara paling korup di Eropa. Negara ini memiliki beberapa skandal perbankan tingkat tinggi. Ukraina menerapkan pembatasan jumlah transfer. Jadi, tidak mengejutkan bagi James ketika Irina menyarankan strategi yang tidak biasa dalam mentransfer uang USD 200.000 atau Rp 2,8 miliar, untuk membeli apartemen di Ukraina.
Alih-alih memasukkan uang ke rekening pribadi Irina, James diberitahu untuk memasukkan uang itu ke rekening perencana pernikahan Kristina.
Meskipun ada keraguan, James mengirimkan uang itu ke Kristina. Ketika uang itu tiba di Ukraina, keraguan itu terbukti. Irina mengatakan kepada James bahwa bank hanya akan mengeluarkan uang itu jika menikah secara resmi dengan Kristina. Langkah itu akan menjadi formalitas saja. Selesai hanya dalam 10 menit di kantor pendaftaran.
James sekarang berada dalam situasi yang sulit karena Irina mengancam akan membatalkan pernikahan mereka kecuali uangnya dapat diambil dan memiliki rumah untuk pindah. “Aku benar-benar kacau,” kata Irina kepadanya dalam pesan Viber. “Kamu ingin aku terlihat seperti pelacur di mata kerabatku.”
”Saya diancam oleh 60 tamu di pernikahan termasuk keluarganya,” kata James. “Mereka semua akan datang memukuli saya jika tidak melanjutkan pernikahan karena saya mengecewakan Irina. Saya diberitahu untuk menceraikan Kristina kemudian menikahi kembali Irina,” katanya.
Jumat 10 Juli 2017, dengan dorongan Irina, James menikahi perencana pernikahan Kristina Stakhova.
Sorenya, Rp 2,8 miliar itu diambil dan dihabiskan untuk sebuah apartemen. Belakangan, James mengetahui bahwa apartemen itu hanya sekitar Rp 800 juta. Dan apartemen itu ternyata bukan miliknya sendiri. Tapi dimiliki bersama dengan istri sahnya, Kristina. “Aku benar-benar bodoh,” kata James kemudian.
Melansir dari BBC, Irina ternyata telah menikah dengan Andriy Sykov sejak Agustus 2015, tiga bulan sebelum dia bertemu James. Kristina juga memiliki seorang suami bernama Denys. Dan semuanya terlibat.
Catatan menunjukkan, Kristina menceraikan Denys tiga minggu sebelum menandatangani surat untuk menikahi James. Setelah pernikahan penipuan berakhir, dia menikahi Denys lagi.
Saat malam resepsi pernikahan, di sela-sela keramaian, James diberi minuman oleh ibunya Irina. Ia pun pingsan. Saat sadar, dia berada di rumah sakit.
Irina pun datang ke rumah sakit. Ia memutuskan pernikahan ini karena merasa malu gara-gara James yang mabuk.
Akhirnya masalah itu berhenti. Seorang teman Ukraina turun tangan, dan memberitahu James bahwa ia ditipu. James akhirnya menyadari bahwa para perempuan itu telah menipunya sebesar Rp 3,6 miliar atau USD 250.000, dua pertiga dari seluruh tabungannya.
James merasa sangat hancur sekali. Dia tidak menyangka jika mereka akan tega berperilaku seperti itu.
Entah bagaimana James akhirnya bangkit dari depresi berat. Sebaliknya, dia fokus untuk mendapatkan uangnya kembali dan meminta untuk mendapatkan keadilan.
”Saya memiliki semua dokumen bank untuk transfer, dan pesan Viber di antara kami,” katanya. “Saya yakin itu akan diselesaikan.”
Tapi ternyata melalui sistem peradilan Ukraina tidak mudah. Empat kali dia pergi ke polisi Odessa dan memberikan penjelasan tentang apa yang telah terjadi serta bukti yang dia kumpulkan. Kepolisian Ukraina, dan khususnya Odessa, memiliki reputasi yang cukup buruk dalam memerangi kejahatan. Mereka tak mau menanggapinya. Alasan pihak kepolisian kasus penipuan pernikahan bukan prioritas mereka. “Ada kasus-kasus tertentu di sini di mana polisi tidak melakukan apa-apa dan tidak bergerak,” kata Anna Kozerga, pengacara James.
Respons polisi yang lambat membuat James menghubungi Robert Papinyan, Sherlock Holmesnya Odessa. Papinyan percaya bahwa para perempuan itu adalah otak di balik penipuan, setelah berkomunikasi dengan para suami mereka.
James memilih kembali dari Inggris. James setiap saat kontak dengan Papinyan untuk mendapatkan kembali uangnya. Namun lagi-lagi, belakangan Papinyan pun tak mau meresponsnya setelah beberapa kali dibayar.
Saat ini James telah punya pekerjaan di badan amal lain. Ia masih berharap uangnya akan kembali.
Lantas alasan James memutuskan menceritakan kisahnya untuk memperingatkan orang lain yang tergoda mencari romansa di Ukraina. Satu manfaat dari pengalaman James, kantor luar negeri Inggris telah mengeluarkan peringatan bagi warganya untuk tidak mengunjungi Ukraina.
Reporter : Syifa Ayuni Qotrunnada