MATA INDONESIA, JAKARTA-Mungkin tak banyak orang tahu bahwa peneliti Indonesia sudah banyak yang mendunia. Bahkan temuannya tersebut diakui dan digunakan oleh masyarakat di dunia.
Kualitas penemuan mereka bahkan mampu bersaing di era teknologi maju ini. Bukan hanya teknologi, peneliti Tanah Air juga menemukan makanan hingga makhluk hidup.
Nah, ada satu kampus yang memang melahirkan beberapa penemuan dan mendunia. Salah satunya kampus Institut Teknologi Bandung (ITB). Siapa saja dan apa saja yang berhasil mereka temukan.
- Hendra Gunawan Penemu rumus “sudut antara dua subruang”
Apakah Anda mengetahui sosok Pythagoras, Andrew Wiles, Isaac Newton,Wilhelm Leibniz, Leonardo Pisano Blgollo, atau juga Euclid? Mereka adalah ilmuwan matematika kelas dunia dan menemukan rumus-rumus.
Penemuan mereka masih dipakai sampai sekarang, teruama Pythagoras dan Isaac Newton. Di Indonesia, ada sosok yang sama seperti mereka, ilmuwan dan penemu rumus.
Salah satu ilmuwan matematika yang paling produktif dan terbaik adalah Hendra Gunawan. Sampai Oktober 2016, Hendra sudah menemukan puluhan rumus, menerbitkan hampir 100 tulisan di jurnal ilmiah kaliber internasional, dan mendapatkan 20 lebih penghargaan.
Salah satu penemuan terpenting Gunawan adalah rumus “sudut antara dua subruang”. Rumus ini sudah dirujuk oleh ilmuwan-ilmuwan kelas dunia di bidang biokimia, fisika, grafika komputer, optimisasi, dan vehicular technology.
Dirinya merupakan lulusan dan menjadi dosen Matematika di ITB. Saat masuk kampus tersebut dirinya diterima tanpa tes.
- Teknologi Penangkal COVID-19
Sejumlah ilmuwan di Indonesia telah banyak menghasilkan sejumlah penemuan berbasis teknologi untuk membantu tenaga kesehatan dalam menangani penularan Virus Corona COVID-19.
Salah satunya alat yang diciptakan oleh Dr. Syarif Hidayat, yang merupakan dosen STEI Institut Teknologi Bandung (ITB). Dirinya mencoba membuat sebuah ventilator, atau alat bantu pernafasan ICU primitif.
Ia kemudian menunjukkan karyanya kepada beberapa dokter untuk mengecek efektivitasnya. Setelah disempurnakan, kini ventilator yang diberinama Vent-I sudah digunakan oleh beberapa rumah sakit di Bandung.
Caption: Ventilator Vent-I yang dibuat oleh ITB tidak serumit yang biasanya, namun tetap bisa berfungsi baik dan sudah disetujui sejumlah dokter.
- Penemu Sistem Pondasi Cakar Ayam
Pria yang lahir di Karanganyar ini sangat dihormati di dunia karena menemukan sistem arsitektur infrastruktur yang dikenal dengan pondasi cakar ayam pada 1962.
Pria lulusan ITB di tahun 1934 menciptakan sistem yang begitu stabil di atas lahan yang tak stabil, sehingga sistem ini memungkinkan digunakan pada banyak bangunan di seluruh dunia. Sistem yang dibuat oleh Sedyatmo ini juga dilakukan pada landasan pacu bandar udara Soekarno Hatta.
- Pencipta Air Purifier untuk Korban Asap
I Gede Wenten (53) sukses membuat air purifier untuk korban asap. Di luar itu, dia memiliki karya yang berkaitan dengan alat pemurnian air dan udara.
Wenten berasal dari Buleleng, Bali. Lahir di lingkungan sederhana membuat Wenten kecil kerap berhadapan dengan masalah ekonomi. Namun ia tak menyerah.
Wenten merupakan lulusan terbaik Jurusan Teknik Kimia ITB. Ia meneruskan program master dan doktor di Denmark Technology University, Kopenhagen. Lalu mendapatkan gelar profesor dari ITB.
Di sela aktivitas sebagai dosen di Departemen Teknik Kimia ITB, Wenten aktif di berbagai forum dan penelitian baik di dalam maupun luar negeri. Keahliannya adalah di bidang teknologi membran. Salah satu karyanya yang menarik perhatian adalah IGW Emergency Pump. Pompa tanpa listrik ini mampu memisahkan air kotor atau campuran dengan air murni.
Di Eropa, Wenten dikenal karena mampu memilah alkohol. Alat karya Wenten membuat mutu protein bir terjaga dan limbah produksi pabrik bir tak mencemari lingkungan. Media Eropa menyebut penemuan tersebut sebagai revolusi terbesar bagi industri bir dalam 50 tahun terakhir.
Sejauh ini, Wenten telah memegang 15 hak paten atas karyanya. Semua berkaitan dengan teknologi membran.
Pada tahun ini, pemerintah memesan air purifier karya Wenten. Alat bernama Fresh-On 2015 itu diyakini mampu membersihkan udara dari partikel jahat. Pekan ini alat tersebut mulai dikirim ke Kalimantan dan Sumetera.
- Tas Anti Copet
Angkutan umum masih menjadi pilihan sebagian besar masyarakat di perkotaan. Namun sayang, tingkat kriminalitas di angkutan umum, seperti angkot maupun kereta api listrik, masih marak terjadi.
Prihatin dengan kondisi ini, dua mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB), Marchio Kevin Abdul Azis dan Intan Nur Amanah, menciptakan tas anti copet berteknologi tinggi.
Tas ini berbeda dengan tas anti copet yang beredar di pasaran. Umumnya, tas di pasaran menggunakan pengaman, namun aksesibilitasnya buruk. Untuk itu, sistem pengunci resleting yang mereka ciptakan didesain sedemikian rupa, sehingga tas anti copet bernama Izzipack ini memiliki aksesibilitas yang baik.
“Caranya dengan tap kartu atau gelang RFID,” ujar Marchio, mahasiswa Teknik Elektro 2015 ITB.
Izzipack juga terintegrasi dengan aplikasi smartphone untuk memantau sisi baterai, mengaktifkan sistem alarm, dan melacak tas yang hilang atau dicuri dengan GPS tracker.
Tas tersebut sempat dibawa ke ajang Global Capsone Design Fair: Engineering Education Festival (E2Festa) 2019, akhir November lalu. Keduanya bergabung bersama tim dari Chonbuk National University Korea.
Dalam ajang Global Capsone Design Fair: Engineering Education Festival (E2Festa) 2019, tas ransel Izzipack meraih Excellence Award Winner atau setara dengan predikat runner-up.