Muncul di Abad Pertengahan, Para Penyembah Iblis Masih Ada?

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Pada abad pertengahan, ajaran agama Kristen sedang mengalami perkembangan pesat di Timur Tengah, Afrika Utara, dan Eropa. Meluasnya ajaran Kristen berbuntut kepada kemunculan aliran lain yang dinilai ‘sesat’.

Ajaran sesat ini disebut dengan Paganisme, yang berarti penganut agama minoritas pada saat itu. Para teolog Kristen pada saat itu beranggapan bahwa tuhan yang disembah oleh para penganut panis adalah sosok iblis.

Di Toulouse, Perancis, Tahun 1022, kaum–kaum paganis mulai dikenal oleh masyarakat. Para paganis dituduh menyembah sosok iblis dan melakukan pesta seks inses, membunuh bayi, dan melakukan tindakan kanibalisme oleh para teolog Kristen.

Sepanjang abad pertengahan, tuduhan ini akan berlaku bagi semua kelompok paganis, termasuk para penganut Paulician, Bogomils, Cathar, Waldensia, dan Huss. Bahkan pada masa itu Ksatria Templar dituduh menyembah berhala yang dikenal sebagai Baphomet.

Istilah paganisme di abad 19 sampai 20 sudah tidak populer lagi, bagaimanapun paham tersebut lebih dikenal sebagai paham satanisme pada msa itu. Para ahli sejarah beranggapan bahwa perkumpulan kaum penganut satanisme ini mulai muncul pada tahun 1750 diberi nama ‘Order of the Knights of Saints Francis’ oleh bangsawan Sir Francis Dashwood.

Sejumlah media mengatakan perkumpulan satanisme yang dibentuk di Wycombe Barat, Amerika Serikat itu melakukan pertemuan antar para Ateis di mana Kekristenan diejek dan melakukan penghormatan untuk Iblis.

Pada awal abad ke-20, novelis asal Inggris Dennis Wheatley menulis novel dimana tokoh protagonisnya memerangi kelompok penyembah setan. Pada saat yang sama, penulis non-fiksi Montague Summers dan Rollo Ahmed menerbitkan buku – buku yang mengklaim bahwa kelompok penyembah setan masih aktif di seluruh dunia, namun mereka tidak memberikan bukti bahwa memang demikian.

Tahun 1950-an, berbagai surat kabar tabloid Inggris mengulangi serangkaian pernyataan tersebut. Pada saat itu media diramaikan dengan pengakuan Sarah Jackson, yang mengaku telah menjadi anggota dari kelompok penyembah setan. Bahkan pada tahun 1972 Mike Warnke dalam bukunya ‘The Satan-Seller’ mengklaim bahwa mereka adalah anggota kelompok Setan yang melakukan ritual seks dan pengorbanan hewan.

Sampai saat ini sebenarnya ajaran satanisme dan paganisme tentang ilmu hitam, seks bebas, pengorbanan manusia untuk iblis tidak bisa dibuktikan. Ahli sejarah Gareth Medway menyatakan bahwa kisah tentang kaum penyembah iblis tesebut hanyalah cerita yang di besar–besarkan saja.

Reporter: Viery Andhika Ramadian

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Stok Energi dan BBM Aman Selama Libur Tahun Baru 2025

Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan distribusi energi tetap terjaga selama perayaan Natal...
- Advertisement -

Baca berita yang ini