MATA INDONESIA, JAKARTA – Salah satu nama baru jalan di kawasan Cikini Jakarta Pusat adalah Tino Sidin. Pemilihan nama guru gambar yang muncul di TVRI tahun 80 an itu mengagetkan banyak kalangan. Terutama keluarga Tino Sidin yang tak menyangka nama ayahnya mendapat kehormatan menjadi nama jalan. Apalagi Tino bukanlah tokoh betawi.
Polemik timbul karena sebagian warga Cikini tak sepakat nama jalan itu berganti menjadi Jalan Tino Sidin. Sebagian warga sebenarnya mengusulkan nama tokoh masyarakat setempat untuk mengganti Jalan Cikini VII.
Tino Sidin adalah pelukis dan guru gambar asli Tebing Tinggi, Sumatera Utara. Namanya populer karena punya acara Gemar Menggambar di TVRI tahun 1980 an. Salah satu kalimat yang sering digunakan dan menjadi tren hingga sekarang adalah, ”Ya Bagus.”
Kalimat itu keluar saat Tino memuji hasil karya anak-anak di acara TV itu. Dalam acara yang tayang setiap Minggu sore itu, pria yang suka menggunakan topi pet ini sangat sabar mengajarkan cara menggambar untuk anak-anak di rumah. Teknik menggambar yang diajarkan juga mudah untuk diikuti, seperti menarik garis lurus dan dan garis lengkung. Selain itu ia juga selalu memberikan kata-kata motivasi untuk hasil gambar dari penonton dari berbagai daerah di Indonesia. Tidak peduli seberapa jelek dan berantakan gambar yang dikirimkan, Pak Tino selalu berkomentar positif.
Lahir pada 25 November 1925, Pak Tino Sidin meninggal dunia pada 29 Desember 1995. Semasa hidupnya, seniman ini banyak berjasa untuk bangsa dan negara. Dikenal dekat dengan Presiden Soekarno, Tino Sidin pernah menjadi sukarelawan untuk mengganyang Malaysia. Soekarno memercayai Tino SIdin sebagai orang yang ahli dengan kebatinan.
Tino Sidin juga terkenal dengan karya sastranya. Ia menulis dan mengambar beberapa komik seperti Harimau Gadungan dan Kalau Ibuku Pilih Menantu. Tino juga membuat komik anak-anak antara lain Anjing, Bandung Lautan Api, Bawang Putih Bawang Merah, Ibu Pertiwi, dan Serial Pak Kumis.