Mengenal Sosok Wapres RI Umar Wirahadikusumah

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Umar Wirahadikusumah lahir pada 10 Oktober 1924 di Situradja, Sumedang, Jawa Barat. Ia putra kelima dari pasangan Raden Rangga Wirahadikusumah, Wedana Ciawi, Tasikmalaya dan Rd Ratnaningrum, putri Patih Demang Kartamenda di Bandung.

Tepat pada 1 Maret 1983 ibunya meninggal dunia, ketika itu Umar terbilang masih kecil. Sepeninggal ibunya, ia dan saudara-saudaranya dirawat oleh neneknya, Nyi R Raja Juwita yang tinggal di Cicalengka.

Selama di Cicalengka, Umar sempat masuk taman kanak-kanak dan kelas satu di HIS. Setelah neneknya meninggal, ayahnya yang saat itu menjadi wedana membawanya ke Ciawi sekitar 1928-1929. Umar pun melanjutkan sekolah di ELS Tasikmalaya dan MULO Pasundan.

Saat remaja, Umar memiliki paras yang tampan dan bertubuh atletis. Karena wajahnya yang mirip Errol Flyn, Umar mendapat julukan si Errol Flyn MULO Pasundan. Meski berasal dari keluarga terpandang, Umar tak pernah menunjukkan statusnya dan bergaul dengan siapa pun.

Saat menghadapi masa-masa terakhir kelas tiga di MULO, Jepang masuk ke Indonesia. Beruntung, Umar sempat ikut ujian akhir dan memperoleh ijazah darurat sebelum sekolah itu dibubarkan. Ia juga sempat mendaftar di Mosvia, Bandung. Namun sebelum mengikuti uji masuk, sekolah tersebut ditutup oleh Jepang.

Jika dilihat dalam sejarah militer Indonesia, Umar Wirahadikusumah adalah orang Sunda pertama yang pernah menjadi orang nomor satu di Angkatan Darat. Umar, seperti kebanyakan Wapres Indonesia zaman Orde Baru, terlibat dalam revolusi sebagai Angkatan 45. Ketika Adam Malik tidak lagi menjadi Wakil Presiden setelah 1983, Umar disebut-sebut yang jadi calon kuat untuk menggantikannya.

Pengangkatan Umar sebagai Wapres Indonesia dianggap sebagai balas budi Soeharto. “Saat itu (Umar) sedang memangku jabatan sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK),” tulis Solichin Salam dalam Umar Wirahadikusumah: Dari Peristiwa ke Peristiwa (1983:297). Ketua BPK bukan jabatan prestisius bagi seorang jenderal. Posisi itu kerap diisi oleh jenderal yang dianggap “buangan”. Umar berada di BPK selama 10 tahun.

Sepengakuan Soeharto dalam dalam Pikiran Ucapan dan Tindakan Saya (1989:372), calon Wapres selain Umar adalah: Adam Malik, M Jusuf, Amir Machmud, dan Maraden Panggabean.

Semuanya orang kuat. Namun pada akhirnya, Umar yang dipilih. Apalagi, dalam pencalonannya, Umar didukung oleh fraksi-fraksi di DPR: mulai dari Karya Pembangunan (Golkar), Persatuan Pembangunan (PPP), Demokrasi Indonesia (PDI), ABRI, dan Utusan Daerah.

Pada masa itu, Golkar adalah partai terkuat di antara yang lain. Dukungan Golkar sangat signifikan, dan biasanya dianggap sebagai dukungan Soeharto juga. Umar dilantik sebagai Wapres di hari yang keramat bagi Orde Baru: Jumat, 11 Maret 1983 tepat 17 tahun setelah Soeharto dapat surat perintah yang dianggap pengalihan mandat kekuasaan (Supersemar) itu. Bertindak sebagai Ketua DPR/MPR di masa itu adalah Jenderal Amirmachmud. Seperti Umar, Amirmachmud termasuk orang dekat dengan Soeharto juga sejak 1960-an.

“Saya tidak akan menjanjikan apa-apa pada permulaan memangku jabatan ini, kecuali kesediaan bekerja keras membantu Presiden terpilih,” kata Umar dalam pidatonya di hari pelantikannya, di depan Sidang Umum MPR, 11 Maret 1983.

Di zaman Soeharto, seseorang calon pejabat pun tidak perlu bikin janji-janji, karena semua sudah diatur oleh yang berkuasa. Umar hanya perlu melaksanakan apa yang sudah digariskan padanya sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia, itu saja. Jika Umar mengerjakannya berlebihan dari apa yang telah ditetapkan, Umar bisa membuat Presiden Soeharto “terbawa perasaan”.

Jadilah orang Sunda yang kalem yang akhirnya jadi Wakil Presiden daripada Soeharto. Sebelum Umar, ada orang Batak (Sumatra Utara) dan sebelumnya lagi Orang Jawa (malahan berstatus Raja Jawa) yang mendampingi Soeharto. Duduk di dalam kabinet Soeharto ini orang kuat, dan terhitung setia, bernama Leonardus Benyamin Moerdani sebagai pengganti M Jusuf sebagai Panglima ABRI.

Di masa Umar menjadi Wapres, Soeharto menginginkan pemerintahannya kuat. Pada 1980, Soeharto pernah bermasalah dengan beberapa purnawirawan jenderal dan tokoh-tokoh sipil yang kritis dikenal sebagai tokoh-tokoh Petisi.

Maka Soeharto mulai menunjukkan pemerintahan berwajah militer. Selain mengangkat jenderal sebagai Wapres untuk pertama kalinya, wajah militer yang ditampakkan Soeharto adalah penembakan misterius. Bisa dibilang Umar adalah pilihan “aman”. Sebab meski Umar adalah pensiunan jenderal, dia tidak punya banyak pengikut di kalangan militer yang masih aktif kala itu.

Walau dirinya pernah menjadi orang nomor satu di Angkatan Darat, Umar sudah bukan lagi jadi orang kuat di militer pada era 1980-an. Apalagi Umar sempat satu dekade berada di BPK. Maka Umar dianggap tidak akan membahayakan kekuasaan Soeharto, ataupun bikin pening.

“Kerjasama dengan Pak Umar terasa lancar. Lagi pula saya tidak mengajukan pernyataan yang sulit. Selama mengetahui kewajibannya masing-masing, siapa saja bisa bekerjasama dengan saya,” aku Soeharto (1989:372).

Umar, seperti kebanyakan orang Sunda yang dikenal kalem, memang tidak banyak tingkah, pun sebagai orang militer dia taat kepada atasannya: Soeharto. Maka wajar saja Soeharto bilang dia tak punya kesulitan dengan Wapres barunya ini. Soeharto tidak lagi pusing seperti kala Adam Malik menjabat, yang kadang tidak seperti kehendaknya.

Umar Wirahadikusumah wafat pada 21 Maret 2003 akibat sakit jantung. Jenderal Umar Wirahadikusumah tutup usia dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan.

Reporter : Syifa Ayuni Qotrunnada

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini