MATA INDONESIA, JAKARTA – Ferrari adalah salah satu mobil dengan harga fantastis. Di balik ketenaran mobil dengan logo kuda jingkrak itu, ada sosok Enzo Ferrari.
Ferrari merupakan perusahaan mobil asal Italia yang telah memproduksi mobil hampir 60 tahun lebih. Nama Enzo Ferrari sangat melekat karena perannya sebagai pendiri dari mobil mewah Ferrari. Enzo sempat mengalami masa-masa sulit sebelum akhirnya menjadikan Ferrari sesukses sekarang.
Ia terlahir dengan nama lengkap Enzo Ferrari pada 18 Februari 1898. Enzo tumbuh di masa yang sangat sulit, terutama pada saat itu pabrikan otomotif belum sebanyak dan secanggih sekarang. Keluarga Enzo sangat mendukungnya untuk terjun ke dunia otomotif sedari kecil.
Ayah dan kakaknya yang juga menyukai dunia balap. Saat usia 10 tahun, ayah Enzo, Alfredo Ferrari, yang merupakan pebisnis dan kakaknya Alfredo Junior, mengajaknya untuk menonton acara balap mobil di Kota Bologna. Di pinggir sirkuit, Enzo fokus memerhatikan laju mobil dan semangat para pembalap saling berjibaku.
Saat itu, pembalap mobil Fellice Nazzaro membuat Enzo tertarik untuk membuat mobil menjadi yang paling tercepat. Enzo tidak melanjutkan karier ayahnya yang sebagai pebisis, melainkan mengambil jalan berbeda.
Di tahun 1916, ketika ada wabah flu yang terjadi di Italia, menyebabkan ayah beserta kakaknya meninggal dunia. Saat itu pula ia harus meredam mimpinya dulu dengan melanjutkan bisnis yang digeluti ayahnya.
Tak lama saat ia melanjutkan karir sang ayah, Enzo juga harus merasakan berkecamuknya Perang Dunia I. Saat itu ia juga sempat bergabung ke dalam militer. Namun karena fisiknya yang tak kuat menghadapi sekian banyaknya serangan, ia dikeluarkan dengan terhormat dari Angkatan Bersenjata Italia.
Beberapa hari kemudian, saat fisiknya sudah membaik, di umur 20 tahun Enzo menyambangi Kota Turin untuk mencari pekerjaan lain. Di Turin ia mampir ke markas salah satu mobil terbesar di Italia dan juga Dunia.
Di sanalah ia mengawali kariernya walau hanya sebagai test driver. Kemudian Enzo beralih menyambangi Milan. Saat sedang di sebuah bar, ia bertemu Ugo Sivocci yang menempatkan Enzo bekerja sebagai tim balap di Costruzioni Meccaniche Nazionali (CMN).
Ilmu yang telah dipejalari Enzo dengan gigih akhirnya berbuah manis. Ia berkesempatan untuk memacu CMN 15/20 pada 1919. Ia menunggangi kuda besi dengan mesin 2,3 liter 4-silinder dan berhasil mendapatkan peringkat empat dalam ajang balap Parma-Poggio di Berceto Hillclimb Race. Sejak itu, karier Enzo sebagai pembalap makin bersinar. Banyak kendaraan yang dilajukan oleh Enzo dan selalu mencapai peringkat teratas. Mulai dari Isotta Fraschini 100/110 hingga Alfa Romeo Tipo 40/60. Nama Enzo juga semakin dikenal.
Pada saat itu balap mobil menjadi olahraga yang berbahaya sebab kerap kali menelan korban jiwa pembalap. Namun Enzo tetap tumbuh dengan nyalinya yang besar. Tahun 1927, Enzo diberikan gelar oleh Pemerintah Italia. Gelar IL Commendatore atau ‘Samg Komandan Ksatria’. Gelar itu dibuktikannya pada kejuaraan Enzo di Sirkuit Modena dengan Alfa Romeo 6C-1500 SS.
Nama Ferrari yang sekarang menjadi merek mobil mewah tidak berdiri semulus yang diperkirakan walaupun sebenarnya nama itu sudah melekat dalam diri Enzo. Karena kontraknya dengan Alfa Romeo, nama Scuderia Ferrari tidak diperbolehkan beredar untuk ajang balap. Meski belum diresmikan, Scuderia Ferrari (tim pengembangan balap) yang didirikan Enzo sudah mulai membuat mobil balapnya seperi Tipo 815, dan pada 1943 ia mulai memproduksi mobil untuk dipergunakan di jalan raya.
Pabriknya itu kemudian dialihkan ke Maranello. Mobi125 S dari 1943 yang diproduksinya itu merupakan sumber keuangan bagi tim balap Enzo di luar dari Alfa Romeo. Masa-masa sulit masih terus dihadapi Enzo. Ia pun harus melepas separuh sahamnya pada Fiat di tahun 1969.
Langkah yang diambil Enzo itu ternyata membawa Ferrari sebagai sebuah perusahan. Pabrik Maranello pun masih terus hidup dengan produksi mesin-sin Fiat.
Pada tahun 1988, sebelum kematiannya di tahun itu pula, ia menyaksikan supercar kedua dari Ferrari meluncur dengan model ikonik Ferrari F40 yang sampai kini masih menjadi buruan dan sulit didapat karena harganya yang sudah melambung tinggi serta menyimpan nilai historikal yang cukup mendalam.
Reporter : Irania Zulia