MATA INDONESIA, JAKARTA – Di Islam, mempunyai istri lebih dari 4 hanya disyariatkan kepada Nabi Muhammad SAW dari Allah SWT. Beliau pernah menikahi 13 istri semasa hidupnya. Nyatanya, di kehidupan biasa Rasulullah menganjurkan seorang beristri satu sudah dinilai cukup. Seperti yang dianjurkan dalam surat An-Nisa ayat 4.
Menikahi banyak istri dilakukan Nabi Muhammad SAW karena perintah dari Allah SWT. Istri-istri Nabi Muhammad SAW merupakan para wanita yang mulia, baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat. Mereka merupakan para wanita yang mendapatkan gelar ‘ummul mukminin’, yaitu ibu dari orang-orang yang beriman. Selain itu, mereka nantinya akan selalu mendampingi Rasulullah saat di syurga.
Nama Khadijah dan Aisyah sering terdengar bahwa mereka adalah istri Nabi Muhammad SAW yang memiliki keistimewaan serta lebih dikenal. Diketahui Khadijah binti Khuwailid adalah istri Rasulullah yang pertama dan merupakan seorang janda. Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shidiq satu-satunya istri Rasulullah yang masih gadis.
Di bawah ini ulasan tentang istri-istri Nabi Muhammad SAW lainnya.
Saudah binti Zam’ah
Nabi Muhammad SAW ditinggalkan Khadijah yang telah wafat saat usianya 50 tahun. Kesendiriannya tidak berlangsung lama, setelah 1 tahun, Rasulullah menemui jodohnya Saudah binti Zam’ah. Usia Saudah saat itu sudah tua, berumur 55 tahun dan ditinggal mati suaminya, Sakran bin Amru. Saudah dikenal dengan memiliki otak cemerlang dan berwawasan luas. Saudah wafat di tahun 54 H saat kekhalifahan Umar di Madinah.
Hafshah binti Umar bin Al-Khatab
Hafshah merupakan putri dari sahabat Rasulullah, Umar bin Khatab. Nabi Muhammad SAW memperistri Hafshah saat memasuki tahun 3 H. Saat itu Hafshah ditinggal mati suaminya Khunais bin Khudzafah As-Sahmi dalam perang Badar. Hafshah dikenal sebagai wanita yang pandai dalam hal membaca dan menulis, meskipun pada waktu itu kemampuan tersebut belum lazim dimiliki oleh kaum wanita. Hafshah meninggal pada usia 63 tahun pada masa pemerintahan Ustman bin Affan di tahun 45 Hijriyah di Madinah.
Zainab binti Khuzaimah
Zainab ditinggal mati suaminya yang menjadi pahlawan di Perang Uhud, Abdullah bin Jahsy, sehingga dirinya menjadi janda setelah hal itu terjadi. Terkenal dengan kedermawanan yang ia miliki, sehingga ia mendapatkan gelar sebagai ‘ummul masakin’, yaitu ibunya orang-orang miskin. Nabi Muhammad SAW menikahi Zainab pada tahun 4 H. Ketika pernikahan belum sampai 8 bulan, Zainab meninggalkan Rasulullah yang saat itu berusia 30 tahun.
Ummu Salamah Hindun binti Abu Umayyah
Dirinya ditinggal mati suaminya yang bernama Abu Salamah. Saat di usia 28 tahun pada 4 H, Ummu dinikahi Nabi Muhammad. Ummu merupakan wanita yang menawan dan cerdas serta ia selalu memberikan dukungan kepada Nabi Muhammad dalam berdakwah. Ummu Salamah, meninggal di usia 85 tahun pada masa pemerintahan Yazid bin Muawiyah tahun 61 H.
Zainab binti Jahsy
Zainab binti Jahsy dan Nabi Muhammad masih memiliki hubungan kekerabatan. Ibu dari Zainab binti Jahsy yang bernama Umayyah binti Muthalib adalah putri dari paman Rasulullah, Hamzah bin Abdul Muthalib.
Sebelum dinikahi Rasulullah, dia adalah istri dari Zaid bin Haritsah yang merupakan anak angkat dari Rasulullah. Sayangnya dalam pernikahan mereka terdapat ketidakcocokan sehingga keduanya bercerai. Zainab terkenal sebagai ahli ibadah dan wanita yang gemar bersedekah.
Zainab satu-satunya istri yang dinikahkan Nabi Muhammad tanpa adanya wali atau pun saksi. Pernikahannya dinikahkan oleh Allah yang ditujukan pada Nabi Muhammad. Ada 2 pendapat berbeda tentang kelangsungan pernikahannya, di tahun 5 H atau di tahun 6 H. Zainab meninggalkan Nabi Muhammad saat berusia 53 tahun pada 20 H.
Juwairiyah binti Al-Harits
Juwairiyah merupakan anak dari pemimpin kaum Yahudi Bani Musthaliq, Harits bin Abu Dhirar. Sebelum memeluk Islam, nama Juwairiyah adalah Barrah. Ia adalah seorang janda yang ditinggal mati Musafi’ bin Safwan dalam perang melawan pasukan Nabi Muhammad di lembah Al-Muraisi.
Dirinya dianggap sebagai wanita berkah, sebab setelah dinikahi Rasulullah budak-budak kaum Yahudi Bani Musthaliq banyak dibebaskan. Meninggal di tahun 56 H pada masa pemerintahan Khalifah Muawiyah.
Ummu Habibah binti Abu Sufyan
Ummu Habibah adalah saudara sepupu dari Ustman bin Affan. Ibunya yang bernama Shafiyah binti Abil’Ash adalah saudara dari Affan yang merupakan ayah dari Ustman. Sebelum menikah dengan Rasulullah, Ummu menikah dengan Ubaidillah bin Jahsy yang kemudian suaminya meninggal di Habasyah. Ummu Habibah meninggal pada tahun 44 H di Madinah.
Shafiyah binti Huyai bin Akhtab
Shafiyah berasal dari bangsa Yahudi Bani Nadzir yang tinggal di daerah Khaibar. Daerah tersebut terkenal sebagai sebuah kota besar yang di dalamnya terdapat kebun-kebun kurma yang sangat luas serta benteng-benteng yang sangat banyak. Ayahnya yang bernama Huyai bin Akhtab merupakan kepala suku dari Bani Nadzir.
Sebelum menikah dengan Rasulullah, Shafiyah pernah menikah dengan dua lelaki, yang pertama dengan Salam bin Masykam ketika ia belum masuk islam, dan Kinanah bin Abil Haqiq yang terbunuh ketika kaum muslimin menaklukan Bani Nadzir.
Setelah Bani Nadzir ditaklukan, pernikahan Shafiyah dan Nabi Muhammad terjadi pada tahun 7 H. Shafiyah dikenal sebagai wanita yang jujur imannya. Shafiyah meninggal pada tahun 50 H.
Maimunah binti Al-Harits
Maimunah adalah istri dari seorang kafir Quraisy, Mas’ud bin Amr. Kehidupannya berlangsung saat Mekah dikuasai orang-orang kafir Quraisy. Maimunah sangat bahagia ketika mendengar kabar berita kemenangan kaum muslimin dalam perang Khaibar. Cahaya iman telah menyinari hati Maimunah sehingga sampai waktu yang tepat dirinya menyembunyikan keyakinannya.
Perbedaan keimanan dan keyakinan membuat pasangan tersebut bercerai. Maimunah sangat menantikan terwujudnya perjanjian Udaibiyyah. Perjanjian itu membolehkan Nabi Muhammad masuk ke Mekah untuk melakukan Haji dan orang-orang kafir tidak boleh mengganggunya.
Maimunah mengumumkan keinginannya masuk Islam dan bergabung dengan Nabi Muhammad dan para sahabat. Ia juga mengungkapkan keinginannya untuk turut bergabung dalam rumah tangga Nabi Muhammad, dengan tujuan agar jiwanya yang selalu haus akan akidah yang lurus bisa mendapat siraman langsung dari sumbernya.
Pernikahan keduanya berlangsung setelah Nabi Muhammad selesai melakukan Haji pada tahun 7 H. Dirinya meninggal di tahun 61 H saat dirinya sedang dalam perjalanan pulang dari ibadah haji. Panggilan Maimunah adalah Ummul Mukminin terakhir atau istri Nabi Muhammad yang terakhir.
Mariyah Al-Qibtiyah
Mariyah Al-Qibtiyah merupakan hadiah yang diterima Rasulullah dari raja Muqauqis sebagai jawaban atas surat dari Rasulullah yang mengajaknya untuk memeluk agama islam. Dari Mariyah Al-Qibtiyah, Rasulullah mendapatkan seorang putra yang bernama Ibrahim. Ibrahim meninggal ketika usianya belum genap 2 tahun. Mariyah meninggal pada masa pemerintahan Umar Bin Khattab.
Reporter : Rama Kresna Pryawan