Masih Eksis, 4 Kesultanan Ini Paling Besar Pengaruhnya di Indonesia

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Pengaruh kesultanan begitu penting bagi terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sebelum penjajah masuk, Selama ratusan tahun raja lah yang menjalankan pemerintahan dengan wilayahnya masing-masing di tanah Ibu Pertiwi.

Terbukti dalam sejarah, ada ratusan kesultanan dan kerajaan yang tersebar di seluruh wilayah Nusantara. Perubahan zaman dan masuknya arus globalisasi pasca kemerdekaan menjadi penyebab hilangnya satu per satu kerajaan di Indonesia. Hampir semuanya menyatakan diri bergabung, menyatu dalam NKRI.

Dari ratusan yang masih eksis, berikut adalah 4 di antara kesultanan yang paling besar memberikan pengaruh di Indonesia saat ini:

1. Kesultanan Yogyakarta

Setelah Indonesia merdeka, kesultanan Yogyakarta mengatakan diri untuk bergabung dalam NKRI. Meski begitu, hal istimewa dari Yogyakarta adalah mereka menjalankan sistem pemerintahan sendiri di bawah Sultan, bukan Gubernur sebagaimana daerah lain di Indonesia.

Dalam menjaga budaya kesultanan Yogyakarta juga menjalankan kehidupan sehari-hari sesuai aturan dan tata cara kesultanan. Di lain sisi, kesultanan juga sering menggelar kegiatan-kegiatan bernuansa budaya meskipun pengaruh global mulai masuk ke Yogyakarta.

2. Kesultanan Ternate

Kesultanan Ternate merupakan kerajaan Islam di wilayah Maluku. Pada abad ke-16 Ternate menggapai puncak kejayaannya berkat perdagangan rempah-rempah dan kekuatan militer. Pada masa jaya kekuasaannya membentang mencakup wilayah Maluku, Sulawesi bagian utara, timur dan tengah, serta bagian selatan kepulauan Filipina hingga sejauh Kepulauan Marshall di Pasifik.

Hingga sekarang kesultanan ini masih ada meski rajanya telah meninggal pada tahun 2015. Mudaffar Syah II meninggal dunia belum ada kabar siapa yang akan menjadi sultan selanjutnya dari Ternate.

3. Kasunanan Surakarta

Kesunanan Surakarta adalah pecahan dari Mataram Islam yang masih tetap eksis hingga saat ini. Kesultanan yang berada di Solo ini masih menjalankan pemerintahan sekaligus menjaga budaya di tengah pengaruh moderenisasi. saat ini, raja Kesunanan Surakarta dipimpin oleh Pakubuwana ke XIII.

Dalam penentuannya, pemerintah kota Surakarta dan DPR-RI ikut dalam merekonsiliasi kedua pangeran yang sempat terlibat dalam perebutan posisi Pakubuwana ke XIII.

4. Kesultanan Cirebon

Cirebon memiliki empat keraton, yaitu Keraton Kasepuhan,  Kanoman, Kacirebonan, dan Kaprabonan. Di antara semuanya, Keraton Kasepuhan merupakan yang tertua dan terluas.

Keraton Kasepuhan kini dipimpin oleh Sultan Sepuh XIV bernama Pangeran Radja Adipati Arief Natadiningrat. Beliau merupakan keturunan dari salah satu Wali Songo, yaitu Syekh Syarif Hidayatullah atau lebih dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati.

Hingga saat ini Kesultanan Cirebon masih menjaga budaya kesultanan secara turun temurun. (Maropindra Bagas/R)

 

 

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Respon Cepat Pemerintah Kunci Keberhasilan Hadapi Karhutla

Oleh: Ricky Rinaldi Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) merupakan salah satu bencana ekologis yang kerapmenjadi ancaman serius di Indonesia, terutama saat musim kemarau tiba. Namun, tahun 2025 ini, Indonesia menunjukkan kemajuan signifikan dalam mengendalikan karhutla berkat respon cepatdari pemerintah, khususnya pemerintah daerah. Keberhasilan ini bukan hanya hasil kebetulan, melainkan buah dari sinergi lintas sektor, kesiapsiagaan, serta kerja kolaboratif antara berbagaielemen seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), TNI, Polri, Manggala Agni, damkar, dan masyarakat. Kepala BNPB, Letjen TNI Dr. Suharyanto, menyampaikan bahwa langkah cepat dan sigapmenjadi kunci utama dalam mengendalikan karhutla sebelum api meluas dan sulit dikendalikan. Ia menekankan pentingnya pemadaman sejak api masih kecil agar tidak berkembang menjadikebakaran besar. Ia juga mengingatkan semua pihak agar tetap waspada menghadapi musimkemarau dan tidak lengah dalam menjaga kesiapsiagaan. Sikap proaktif ini terbukti efektif, seperti yang terjadi di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Karhutla yang melanda kawasan perbukitan Harau berhasil dikendalikan meskipunmenghadapi medan geografis yang sulit, yakni bukit terjal berbatu. Hanya sekitar dua hektarelahan yang terbakar berkat kerja cepat tim gabungan. Hal serupa terjadi di Kabupaten Toba, Sumatera Utara, di mana karhutla seluas 10 hektare berhasil ditangani tanpa meluas lebih jauh. Keberhasilan ini tidak terlepas dari peran aktif pemerintah daerah dan tim tanggap darurat di lapangan. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini