Kisah Letda Alberta Injilia, Anak Dayak yang Terbangkan Helikopter di Perbatasan RI-Malaysia

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Perlahan namun pasti helikopter Bell-412 milik Kodam XII/Tanjungpura terbang mendarat di Desa Sungkung. Capung besi itu sedang melaksanakan operasi membawa bantuan beras dari Pemprov Kalimantan Barat.

Maklum letak dan akses ke Sungkung sangat susah. Jalannya terjal, curam dan berlumpur. Ditambah kali-kali kecil yang mengitari wilayah itu belum berjembatan.

Tak ayal, jarak tempu ke sana bila lewat darat bisa memakan waktu hingga 3 jam. Sementara kalau musim penghujan tiba, akses ke sana bisa sampai 5 jam.

Agar distribusi barang dan sembako bisa cepat tersalurkan ke Sungkung, maka cara paling efektif adalah menggunakan helikopter. Para penerbangnya pun rela bolak-balik, asal kebutuhan masyarakat di sana terpenuhi.

Mereka adalah Kapten Cpn Fadli Akbar Sirait serta 6 kru lainnya. Namun ada satu nama yang terbilang istimewa di sana. Namanya Letda Cpn (K) Alberta Injilia. Ia adalah putri asli Dayak, tepatnya di Kecamatan Naga Taman, Sekadau, Kalimantan Barat.

Sosok yang karib disapa Anong tersebut lahir pada 14 September 1996 silam. Ia adalah anak ketiga dari empat bersaudara, buah hati pasangan Arkadius Ardi (59) dan Sopianita (49).

Anong lulus Akademi Militer pada tahun 2018 lalu. Kini wanita cantik ini dipercaya sebagai Perwira Penerbang II Flite Heli Serang Skadron-12/Serbu Waytuba. Ia juga bertugas bawah kendali operasi (BKO) di Kodam XII/Tanjungpura.

Tugasnya mendukung Kodal Pangdam XII/Tanjungpura dan Dorlog Operasi Pengamanan Perbatasan RI-Malaysia di wilayah Kalimantan Barat.

Kisah Letda Alberta Injilia, Penerbang Helikopter di Perbatasan RI-Malaysia
Kisah Letda Alberta Injilia, Penerbang Helikopter di Perbatasan RI-Malaysia

Anong bisa berbangga diri lantaran bisa melaksanakan tugas kemanusiaan tersebut.

“Apalagi saya yang asli Kalbar tentunya juga tidak ingin melihat saudara-saudara saya di pedalaman mengalami kesulitan di tengah pandemi ini,” katanya.

Sosok yang juga lulusan SMA Taruna Bumi Khatulistiwa Kubu Raya ini pun bersyukur dengan profesi yang digelutinya. Ia menjalankannya sebagai sebuah panggilan negara yang wajib dilakukan.

“Apapun latar belakang profesi kita, wajib ikut serta bersama-sama mencegah COVID-19,” ujarnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Generasi Muda Harus Jaga Nilai Kemerdekaan di Tengah Gempuran Budaya Pop

Oleh: Aulia Sofyan Harahap )* Seluruh generasi muda Indonesia harus terus menjaga nilai kemerdekaan meski di tengah adanya berbagai macam gempuran budaya pop, termasuk yang sedangmenjadi tren belakangan ini yakni anime One Piece. Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia, ruang digital terus ramai memperbincangkan adanya fenomena pengibaran bendera bajak lautdari serial anime One Piece.  Simbol tengkorak dengan topi jerami itu muncul di sejumlah lokasi, yang kemudianmenyulut pro dan kontra di tengah masyarakat. Sebagian menganggapnya sebagaibentuk ekspresi semata, namun sebagian lainnya justru menilai bahwa pengibaranbendera One Piece itu sebagai salah satu bentuk upaya provokasi yang berpotensimengaburkan nilai-nilai sakral kemerdekaan. Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat RI Ahmad Muzani merespons seluruh haltersebut dengan pandangan yang lebih moderat. Ia memandang bahwa tindakantersebut sebagai ekspresi kreatif dari masyarakat, terutama pada para generasimuda yang tengah hidup dalam era digital dan budaya global.  Meski begitu, ia tetap menegaskan bahwa sejatinya semangat kebangsaan yang dimiliki oleh seluruh masyarakat Indonesia tidak akan pernah tergantikan oleh apapun bahkan termasuk keberadaan budaya pop sekalipun. Muzani meyakinibahwa di balik simbol asing yang diangkat tersebut, seluruh masyarakat sejatinyatetap menyimpan Merah Putih dalam lubuk hati mereka. Senada dengan hal itu, politikus Andi Arief memandang bahwa pengibaran benderatersebut memang bukan sebagai bentuk pemberontakan, melainkan sebagai simbolharapan. Ia membaca tindakan itu sebagai protes yang muncul dari keresahan, namun tetap mengandung semangat untuk membangun Indonesia tercinta. Bagi sebagian kalangan, ekspresi semacam itu bukan berarti meninggalkan kecintaanpada tanah air, tetapi justru sebagai bentuk pencarian atas harapan yang lebih baikbagi bangsa. Sementara itu, Menteri Kebudayaan Fadli...
- Advertisement -

Baca berita yang ini