Kisah Sulastri Pedagang Jamu Gendong Kampung Rambutan, Semangat Bekerja Demi Anak

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Mencari nafkan di Jakarta tidaklah mudah. Sulastri pedagang jamu gendong keliling di daerah Terminal Kampung Rambutan rela menyusuri panasnya jalanan Jakarta demi mengais rezeki untuk keluarga.

Meski lelah bukan kepalang, Sulastri tetap berjalan dari satu tempat ke tempat lainnya sambil menawarkan jamu dagangan. Ia berjualan dari pagi hingga siang, lalu lanjut lagi jam setengah 4 sore sampai terbenamnya matahari.

Ditemui Minews.id, wanita asal Solo ini mengaku hanya tamatan sekolah dasar. Ia sadar keadaannya saat itu tidaklah sama dengan mereka yang bisa melanjutkan sekolah hingga perguruan tinggi.

Akhirnya ia memutuskan berjualan jamu, katanya, orang Solo memang banyak yang berjualan ramuan herbal ini.

Sudah 19 tahun ia berdagang sejak tahun 2000. Suaminya asal Bogor yang berdagang kebab telor keliling.

Sulastri tidak menampik, sebagai penjual jamu gendong penghasilan per harinya bisa dikatakan pas-pasan. “Yaa namanya gede kecilnya kalau kita dicukup-cukupin, cukup ajalah.”

Begitu pun dengan suaminya, meski bahan dagangan naik harga, tapi ia tidak bisa menaikkan harga jualnya, khawatir tidak akan ada yang beli.

Liburan Natal dan tahun baru (Nataru) memang menjadi momen yang untung buat para pedagang. Karena jumlah penumpang Terminal Kampung Rambutan bertambah otomatis pembeli juga meningkat.

Namun, hal tersebut tidak dirasakan seutuhnya oleh Sulastri. Baginya, sama saja pendapatan yang ia terima saat liburan Natal dan tahun baru maupun hari-hari biasa di terminal.

Ibu dua anak ini tidak menyerah gitu saja, ia tetap berkeliling menawarkan jamu ke setiap orang. Mau dagangannya saat itu habis atau tidak, yang penting ia sudah berusaha dengan maksimal.

Wanita penjual jamu ini memiliki dua anak laki-laki. Anak pertamanya memilih merantau ke Surabaya untuk berdagang bakso.

Anaknya yang satu ini setelah lulus langsung bekerja disebuah perusahaan otomotif. Tidak berselang lama, ia pun memutuskan berwirausaha berdagang bakso.

Keputusan yang diambil kakaknya, ternyata tidak berlaku bagi adiknya yang baru kelas 2 SMP. Setelah lulus sekolah nanti, anak bontot Sulastri ingin melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi agar bisa menggapai cita-citanya menjadi seorang arsitek.

Wanita berumur 39 tahun ini senang mendengar anaknya yang kecil bersemangat melanjutkan pendidikan hingga sarjana.

Pernah ia bertanya kepada anaknya yang kecil ini, “Nak kamu ngga malu punya ibu kayak ibu, kan kalo wisuda ibu mereka pada bawa mobil lah ibu kan engga,” kata Sulastri sambil menuangkan jamu ke dalam gelas.

Terus anaknya menjawab, “Emang kenapa Bu, loh di kelas aja anak orang kaya dan miskin aja sejajar kok (duduknya).”

Setelah mengucapkan itu, terlihat dari raut wajah yang sudah tidak muda lagi dan air mata yang menggenang, memancarkan kebahagiaan yang mendalam pada Sulastri.

Bagaimana pun, sesulit apapun Jakarta, ia akan tetap bertahan hidup dengan berjualan jamu gendong keliling. untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Selain itu, ia hanya berharap kelak anaknya bisa mencapai mimpi masuk perguruan tinggi lewat jalur prestasi. (Anita Rahim)

Berita Terbaru

Pilkada Serentak Diharapkan Jadi Pendorong Inovasi dalam Pemerintahan

Jakarta - Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada 27 November 2024, diharapkan dapat mendorong inovasi serta memperkuat sinkronisasi...
- Advertisement -

Baca berita yang ini